UM Surabaya

Saat engkau sakit demam, ayah membentakmu : “Sudah diberitahu, jangan minum es !” Lantas engkau merengut menjauhi ayahmu dan menangis di depan ibu.

Tapi apakah engkau tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanmu, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanmu.

Ketika engkau remaja, engkau meminta izin untuk keluar malam, lalu ayah dengan tegas berkata : “Tidak boleh …!”

Sadarkah, bahwa ayahmu hanya ingin menjagamu. Beliau lebih tahu dunia luar dibandingkan engkau, bahkan ibumu.

Karena bagi ayah, engkau adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat engkau sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya, maka kadang engkau melanggar kepercayaannya.

Ayahlah yang setia menantimu di ruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanmu, “di mana, dan sedang apa engkau di luar sana…”

Setelah engkau dewasa, walau ibu yang mengantarmu ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah engkau, bahwa ayahlah yang berkata : “ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama…”

Di saat engkau merengek memerlukan ini dan itu, untuk keperluan kuliahmu dll, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir.

Ke mana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.

Saat engkau berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu. Ayahlah yang mengabari sanak saudara : “Anakku sekarang sukses.”

Walau kadang engkau cuma bisa membelikan baju koko, itu pun cuma setahun sekali, tetapi ayah akan tetap tersenyum dengan bangga.

Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya.

Sampai ketika nanti engkau menemukan jodohmu, ayahmu akan sangat berhati-hati mengizinkannya.

Dan akhirnya, saat ayah melihatmu duduk di atas pelaminan bersama pasanganmu, ayah pun tersenyum bahagia.

Lantas pernahkah engkau memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis ? Ayahmu menangis karena ayah sangat bahagia, Nak.

Dan beliau pun berdoa : “Ya Allah, bahagiakanlah putra-putriku bersama pasangannya …”

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini