UM Surabaya

Sifat pernyataan ini mengatur dan berkoordinasi agar tidak terjadi disintegrasi antar anggota Muhammadiyah. Khususnya dalam berperilaku sebagai masyarakat yang aktif berpolitik dalam konteks sebagai warga negara Indonesia dengan tetap teguh menjaga nilai dan marwah Muhammadiyah.

Dalam kesempatan yang lain, pasca debat ketiga calon presiden menunjukkan arus derasnya dukungan tokoh-tokoh Muhammadiyah melalui pernyataan sikap keberpihakan terhadap salah satu pasangan calon presiden.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Natsir, M.Si. mengeluarkan statement agar semua menjaga Persyarikatan Muhammadiyah. Berikut pernyataan detailnya:

“Jaga marwah Muhammadiyah. Jangan jadikan gedung, atribut, dan fasilitas milik Persyarikatan menjadi arena kegiatan politik partisan dan gerakan politik kepentingan yang tidak sejalan dengan karakter Muhammadiyah. Segenap kader, lebih-lebih pimpinan di seluruh tingkatan dan organ Persyarikatan mesti konsisten memedomani kepribadian, khittah, dan ketentuan organisasi. Tidak bertindak sendiri dengan menyalahgunakan dan merugikan organisasi.”

Statement tegas tersebut sebagai himbauan kepada seluruh pimpinan dan anggota Muhammadiyah agar bersama-sama menjaga Muhammadiyah dan saling mengingatkan satu dengan yang lainnya.

Sikap netral ini menunjukkan jati diri Muhammadiyah yang tidak akan terbawa oleh arus politik partisan.

Muhammadiyah merupakan organisasi yang menisbatkan diri sebagai pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW, membawa misi rahmatan lil’alamin dengan terus memberikan sumbangsihnya untuk sesama dan lingkungan sekitar.

Sejak kelahiran Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan banyak menginspirasi tokoh di masa pergerakan Indonesia. Termasuk Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Dalam sambutannya di resepsi Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Gelora Bung Karno (25 November 1962), dia bercerita jika sejak usia 15 tahun telah terpukau kepada Kiai Ahmad Dahlan yang sering datang ke Surabaya. Bertemu Umar Said Cokroaminoto dan mengisi acara Tabligh di beberapa masjid termasuk di Kampung Peneleh, yang kala itu Soekarno tinggal di rumah Umar Said Cokroaminoto.

Soekarno dalam sambutannya juga mengatakan kalau dia anggota Muhammadiyah, dan Soekarno heran karena sejak menjadi Presiden Republik Indonesia tidak pernah sekalipun ditagih kontribusi oleh Muhammadiyah. Hingga kemudian dia berkata dalam bahasa Belanda “met terugwerkende kracht” artinya sejak sambutan itu, Soekarno ingin ditagih kontribusinya kepada Muhammadiyah.

Sepenggal kisah terkait Soekarno dan Muhammadiyah menunjukkan bahwa posisi nyata organisasi Muhammadiyah dalam geliat godaan kekuasaan.

Muhammadiyah tetap dalam jalur perjuangannya tanpa menagih kontribusi seorang anggota Muhammadiyah yang mempunyai kekuasaan.

Muhammadiyah tetap teguh menjalankan Matan dan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dalam setiap hembusan geliat kekuasaan.

Anomali organisasi semoga tidak terjadi dalam setiap ceremony politik lima tahunan. Setiap stakeholder dari Pimpinan Pusat hingga Pimpinan Ranting harus mampu menjaga ideologi Persyarikatan yang telah matang mengarungi dinamika politik di negeri ini. (*)

*) Sumber: Majalah MATAN PWM Jatim Edisi 211: Februari 2024

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini