Empat Sikap Meraih Rida Allah
foto: everypixel
UM Surabaya

) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Tanda tanda akhir zaman kini sudah tampak. Yakni, kita jumpai semakin sedikit kebaikan, semakin banyak kebatilan dan kemungkaran.

Semakin banyak yang menentang kebenaran dan banyak fitnah yang menyesatkan. Fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat kekuasaan dan condongnya manusia cinta kepada dunia.

Politik itu persoalan kekuasaan. Begitulah pandangan rakyat ketika dihadapkan dengan urusan politik di masa sekarang menjelang Pilpres dan Pileg.

Berbagai cara mereka lakukan. Mulai dari cara persuasif, simpatik sampai dengan cara-cara represif, culas nan curang. Mulai dari yang malu malu kucing sampai yang terang- terangan.

Saling sikut, saling jegal dan saling sindir. Masing-masing berusaha menonjolkan diri beradu strategi demi duduk di kursi kekuasaan. Negara yang semula menjunjung tinggi “demokrasi” terdegradasi menjadi “demi kursi”.

Ketika syahwat kekuasaan sudah berbicara, kapabilitas intelektual, etika dan kompetensi capres dan cawapres menjadi urusan belakangan. Yang penting dapat meraih kekuasaan.

Padahal, sungguh, jabatan itu bukan untuk diperebutkan. Amat berat pertanggungjawaban orang-orang yang berada di lingkar kekuasaan.

Jika berani bermain-main dengan jabatan, yang merata bukan keadilan dan kesejahteraan, tetapi malah ketimpangan dan kemiskinan bagi rakyat.

Karena jabatan yang mereka pegang adalah urusan hajat hidup umat. Sedikit saja salah mengambil kebijakan, bisa berakibat ratusan juta jiwa terzalimi.

Andai kursi jabatan yang mereka perebutkan itu adalah kursi listrik yang menyengat, niscaya mereka tak akan ribut.

Andai mereka tahu bahwa keadilan seorang pemimpin lebih baik dari ibadah setahun, karena keadilannya dirasakan lebih dari ribuan orang, niscaya mereka akan berhati hati.

Andai mereka tahu jika berbuat zalim sehari saja, bisa mengakibatkan banyak rakyatnya tersiksa, niscaya mereka akan mundur teratur…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Akan datang suatu masa, di mana orang yang istiqamah bersabar (berpegang teguh) pada agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api.” (HR. At-Tirmidzi 2260, hadits dari Anas bin Malik, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir 8002)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini