Al Hafidz Abu Naim dalam Hilyatul Aulya dari Hatim al Asham menyatakan:
“Barang siapa yang istikamah berada dalam empat hal, maka ia akan mendapat ridha Allah. Yakni tsiqah kepada Allah, tawakkal, ikhlas, dan ma’firat. Dan segala sesuatunya akan sempurna dengan ma’rifat kepada Allah.” (Fashlu al Khitab, Fi Zuhud, war Raqaaiq wal Adab, Juz 2)
Adapun sikap yang pertama adalah tsiqah (percaya) kepada Allah Azza wa Jalla, artinya membenarkan apa-apa yang diperintah, dikabarkan, dan dijanjikan Allah Azza wa Jalla kepada kita.
Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah sebaik-baik perkataan, sebaik-baik penepat janji, dan Dia tidak pernah sedikit pun menyalahi akan janjinya.
Firman Allah Azza wa Jalla:
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka akan Kami masukkan ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari Allah?” (QS. An Nisa: 122)
Kemudian sikap yang kedua adalah Tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla. Tawakal kepada Allah Azza wa Jalla adalah sesuatu yang dituntut selain kita melakukan usaha sebagai sebuah kausalitas.
Tawakkal bukan sikap pasrah. Tawakkal adalah merupakan sikap keyakinan hati, keimanan, bahwa hanya Allah Azza wa Jalla satu-satunya Dzat yang layak dijadikan sandaran, dan penentu atas segala keberhasilan yang kita usahakan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan hanya kepada Allah kalian bertawakal, jika kalian orang-orang yang beriman.”
(QS. Al Maidah: 23)
Kemudian sikap yang ketiga adalah Ikhlas. Sikap ikhlas ini dituntut dalam segala perkataan, perbuatan, dan serangkaian amal ibadah lainnya. Hanya kepada Allah Azza wa Jalla segala perkataan dan berbuatan kita persembahkan.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Maka beribadahlah kalian kepada Allah dengan penuh keikhlasan, baginya agama ini, walaupun orang-orang kafir membenci.” (QS. Ghaafir: 14)