Fakultas Kedokteran UM Surabaya Ambil Sumpah 28 Dokter Baru
Pengambilan Sumpah FK UM Surabaya. foto: humas fk
UM Surabaya

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menggelar sumpah dokter IV di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (3/2/24).

Sebanyak 28 dokter berikrar mengikuti sumpah dengan khidmat yang dipimpin oleh dr. H.M. Jusuf Wibisono Sp.P (K), FCCP, FIRS.

Dalam pembukaan sumpah dokter tersebut turut juga dihadiri Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang sekaligus Rektor UM Surabaya, Dr. dr Sukadiono, MM. Hadir pula Tjatur Prijambodo selaku Kepala Unit Kedokteran Islam FK UM Surabaya, Dosen FK di lingkungan UM Surabaya sekaligus wali mahasiswa.

Rektor UM Surabaya dalam sambutannya berharap dokter-dokter yang baru saja dilantik nantinya dapat melakukan pengabdian di jaringan RSM/A se-Jawa Timur, setelah menjalani masa internship selama 1 tahun.

“Tentu kita semua berharap apa yang sudah diterima oleh putra-putri bapak ibu bisa menjadi kebanggaan dan insyaa Allah Persyarikatan Muhammadiyah akan selalu memperhatikan lulusan Fakultas Kedokteran dari UM Surabaya,” kata Suko.

Menurut dia, para lulusan FK UM Surabaya tidak perlu khawatir, karena kalau sudah menjadi dokter itu asal mau bekerja keras, pekerjaan akan datang kepada kita.

Suko juga memberikan pesan kepada 28 dokter yang baru mengambil sumpah untuk selalu mengejar ridho orang tua jika ingin sukses.

“Kalau ingin sukses, kejarlah ridho orang tua. Jangan mentang-mentang sudah jadi dokter kemudian mengabaikan jerih payah orang tua kita,” imbuh Suko lagi.

Tak hanya itu, Suko juga memberi pesan soal karakter yang harus dimiliki dokter. Pertama adalah karakter kesantunan.

Dia menyebut, seorang dokter harus pandai berkomunikasi dengan pasien, keluarga pasien, dengan cara yg santun dan komunikatif. Tidak sampai menyakiti pasien dan keluarga pasien.

“Yang harus diperhatikan bukan hanya aspek berbicara tapi juga aspek mendengarkan, Jadi dokter itu bukan hanya harus pandai memberi saran saja tapi juga harus pandai mendengarkan yang menjadi keluhan, apa yang menjadi gejala yang dimiliki seorang pasien, yang mungkin bisa kita dapatkan secara auto anamnese atau hetero anamneses,” papar Suko.

Kata dia, semua butuh kesantunan. Jadi tidak boleh seorang dokter karena dikejar waktu kemudian mengabaikan karakter kesantunan tersebut.

Karakter yang kedua adalah kesejawatan. Suko mengatakan bahwa dokter itu harus mengedepankan etika profesi dan selalu meningkatkan kompetensi dirinya sebagai seorang dokter.

“Sekarang etika sedang menjadi booming dalam suasana pilpres, tetapi etika profesi memang sudah harus tertanam dalam diri seorang dokter, dan kemudian diikuti dengan peningkatan kompetensinya.

“Jangan pernah puas dengan apa yang sudah didapatkan sekarang, tapi teruslah mengasah, mengasah dan mengasah,” tutupnya. (tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini