Antara Bid’ah, Wasilah dan Budaya
foto: muslim.sg
UM Surabaya

*) Oleh: Muhammad Utama Al Faruqi

Beberapa waktu terakhir, beberapa tradisi dan acara besar Islam dipersoalkan oleh sebagian masyarakat.

Tentu saja hal seperti itu menimbulkan masalah baru dan sering pula memunculkan konflik antar kelompok umat Islam.

Paling sering tradisi dan acara besar Islam itu dianggap sebagai bid’ah karena dinilai menyelisihi sunah, dan berbeda dengan pengamalan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Memang perlu untuk membandingkan dan memilah antara bid’ah dengan selainnya yang kerap kali tidak dijelaskan dan tidak dipahami dengan baik agar meminimalisasi masalah dan konflik antar kelompok di tengah umat Islam.

Bid’ah

Bid’ah berasal dari kata “bada’a” yang merujuk pada arti “penciptaan suatu hal yang baru”. Kata “bada’a” menjadi akar dari banyak kosa kata lain dalam bahasa Arab.

Seperti “ibdaa’” atau inovasi, kreasi, penemuan, keaslian. Juga menjadi asal kata dari “badii’” atau indah dan bagus, juga bisa diartikan sebagai melampaui.

Dalam istilah keagamaan, bid’ah diartikan sebagai “penciptaan hal baru dalam agama”. Baik dalam bidang akidah maupun ibadah.

Kriteria

Beberapa ulama mengungkapkan beberapa kriteria bid’ah dalam agama, sebanyak enam (6) hal, yaitu:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini