UM Surabaya

Nabi Yusuf sangat gigih menjelaskan hakikat kehidupan ini harus mengagungkan Allah. Sementara kaumnya menyisihkan kebesaran Allah dan mengagungkan selain-Nya.

Mereka bukan hanya menyisihkan Allah tetapi juga tidak percaya adanya kehidupan akhirat.

Hal ini merupakan kejahatan paling besar karena akan mendorong manusia untuk berbuat maksiat secara terus menerus.

Pelanjut Agama Tauhid

Nabi Yusuf menegaskan dengan terbuka bahwa keyakinannya untuk mentauhidkan Allah sebagaimana yang diperjuangkan para pendahulunya, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ya’kub.

Nabi Ibrahim merupakan bapak tauhid dan mewariskan kepada anak keturunannya, di antaranya Nabi Ya’kub.

Nabi Ya’kub pun mendidik Nabi Yusuf dengan tauhid yang kokoh hingga selamat dari fitnah wanita dan kerasnya kehidupan penjara.

Dua alam yang berbeda (istana dan penjara) telah mengokohkan Nabi Yusuf sebagai sosok yang layak menjadi penguasa yang amanah.

Warisan tauhid yang menetes dari Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ya’kub itulah yang membuat Nabi Yusuf.

Nabi Yusuf mengakui hal itu dan mengaku sebagai karunia besar dari Allah. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

وَا تَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَآءِيْۤ اِبْرٰهِيْمَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ ۗ مَا كَا نَ لَنَاۤ اَنْ نُّشْرِكَ بِا للّٰهِ مِنْ شَيْءٍ ۗ ذٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّا سِ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يَشْكُرُوْنَ

“Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah karunia dari Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Yusuf : 38)

Penegasan atas tegaknya tauhid inilah yang patut dicontoh oleh para elite muslim apabila ingin mendapat bonus kekuasaan yang hakiki.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini