UM Surabaya

Tidak ada ruang untuk mitra, rekan, atau perantara dalam ibadah. Pendakian melewat langit hingga sampai ke Sidratul Muntaha menandakan transendensi keesaan Allah di luar pemahaman manusia yang terbatas.

Hubungan dengan nabi-nabi sebelumnya juga pelajaran yang tak kalah krusial dalam peristiwa ini.

Pertemuan Nabi Muhammad dengan berbagai nabi selama Mi’raj menekankan kelanjutan pesan monoteisme dan pentingnya salat sepanjang sejarah kenabian.

Ini melambangkan kesatuan agama-agama Ibrahimik dan penekanan bersama pada penyembahan satu Tuhan yang sejati, yang kita kenal sebagai tauhid.

Nabi Muhammad bertemu dan memimpin salat para nabi di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Jemaat ini termasuk berbagai nabi, seperti Nabi Musa dan Isa.

Kehadiran banyak nabi selama Isra dan Mi’raj menggarisbawahi persatuan pesan yang disampaikan oleh semua nabi sepanjang sejarah.

Terlepas dari perbedaan dalam hukum dan peraturan spesifik mereka, pesan inti monoteisme, perilaku moral, dan pengabdian kepada Allah tetap konsisten di seluruh tradisi kenabian.

Nabi Muhammad berinteraksi dengan Nabi Musa dan Nabi Isa selama Mi’raj. Ini melambangkan kontinuitas garis keturunan kenabian dan keterkaitan pesan yang disampaikan oleh para Rasul ini.

Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa di langit keenam. Nabi Musa menyarankan agar Nabi Muhammad meminta Allah untuk mengurangi jumlah shalat harian, dari yang awalnya 50 kali menjadi 5 kali sehari.

Isra dan Mi’raj menegaskan legitimasi kenabian Nabi Muhammad dengan menempatkannya di jajaran nabi lain yang dihormati.

Ini menandakan pengakuan Muhammad sebagai Nabi terakhir dalam barisan panjang para Rasul yang membawa wahyu terakhir dan lengkap, yakni Alquran. (*)

*) Artikel ini tayang di suaramuhammadiyah.id

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini