UM Surabaya

Dalil kedua:

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang- orang yang dzalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al-An’am: 129)

Dalil ketiga:

Muhammad Haqqi saat menafsirkan makna firman Allâh di bawah ini:

“Katakanlah, “Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imran: 26)

Kandungan ayat ini adalah, “Jika kalian adalah orang-orang yang taat dan patuh niscaya Allâh Azza wa Jalla akan menjadikan orang yang penuh kasih sayang sebagai pemimpin kalian. Namun jika kalian pelaku kemaksiatan, niscaya Allâh akan menjadi orang jahat sebagai penguasa kalian.”

Dalil keempat:

Qatadah rahimahullah berkata, “Dahulu Bani Israil pernah mengatakan, ‘Wahai Tuhan kami ! Engkau di langit sementara kami di bumi, lalu bagaimana kami dapat mengetahui ridha dan murkaMu ?’

Lalu Allâh Azza wa Jalla mengilhamkan kepada sebagian para Nabi-Nya “Kalau Aku angkat orang-orang baik sebagai pemimpin kalian, berarti Aku ridha kepada kalian. Kalau Aku angkat orang- orang jahat sebagai pemimpin kalian, berarti Aku murka kepada kalian.”

Dalil kelima:

Dalil lain adalah kisah perjalanan hidup Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wasallam yang memfokuskan diri untuk mendakwahi masyarakat umum, tidak fokus pada jajaran konglomerat, pejabat, penguasa serta tokoh masyarakat.

Cara dakwah semacam inilah yang merupakan metode berdakwahnya para Nabi.

Ada perkataan yang sudah masyhur pula walau berasal dari hadis dho’if: “Bagaimana keadaanmu, itulah juga keadaan orang yang memimpinmu.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini