Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kemasan dakwah yang menarik tanpa mengabaikan substansi ajaran Islam bisa menarik perhatian masyarakat. Tentu dakwah yang dimaksud tidak hanya terbatas melalui ceramah di mimbar, tetapi dalam cakupan yang lebih luas.
Poster-poster berisi kata-kata hikmah, video-video pendek yang berisi nasihat adalah model dakwah digital yang bisa dijadikan sebagai konten media sosial yang sesuai dengan kondisi kekinian.
Dakwah model demikian tentu cukup efektif untuk menjangkau para pengguna media sosial, terutama kawula muda. Upaya tersebut tentu akan berbuah pahala, apalagi jika diamalkan oleh para pemirsa.
Bagi para influencer ini merupakan jalan untuk mendulang pahala dalam rangka mengampanyekan kebaikan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.
“Dari Abu Mas’ud ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Seorang influencer, dengan modal ketenaran dan follower yang dimiliki harus menyadari itu sebagai sebuah anugerah yang tidak boleh disia-siakan.
Oleh karena itu, konten yang mereka buat seyogyanya memuat nilai-nilai dakwah Islam yang bermanfaat.
Jadi bukan hanya sekadar untuk ajang hiburan dan hura-hura demi cuan, apalagi menampilkan konten-konten yang tidak mendidik dan merusak moral generasi bangsa.
Segala yang dipertontonkan oleh para influencer cenderung diikuti oleh warganet yang menjadi penggemarnya.
Tentu itu memiliki konsekuensi bagi sang influencer tersebut. Bila dia menampilkan kebaikan, maka akan berbuah pahala. Sebaliknya, bila dia menampilkan keburukan, maka akan berbuah dosa.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Setiap muslim sesungguhnya adalah influencer yang berkewajiban untuk menyebarkan ajaran agama.
Figur publik yang punya pengaruh besar dalam masyarakat tentu memiliki tanggung jawab moral yang lebih dalam menyampaikan kebaikan, karena kata-katanya didengarkan dan diikuti.
Kebaikan dan keburukan yang dilakukan dan diperlihatkan oleh seseorang efeknya akan kembali kepada dirinya sendiri.