Setiap bentuk penghinaan dan semua sikap yang menyakiti hati orang lain yang tidak dibenarkan oleh syariat, nanti akan ada pertanggung jawaban di akhirat dan itu mengurangi nilai pahala yang kita miliki.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadis menyebutkan tentang orang yang muflis, orang yang bangkrut pada hari kiamat nanti. Beliau mengatakan:

“Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah mereka yang nanti pada hari kiamat datang dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat. Selain itu, ia juga membawa dosa mencela si A, menuduh si B, makan harta si C, menumpahkan darah D, memukul E, lalu pahala kebaikannya tadi bagi-bagikan kepada A,B,C,D, dan E. Kalau pahala kebaikannya habis sementara tanggungan dia belum tertunaikan, diambillah dosa-dosa orang-orang yang dia zalimi tadi, lalu ditanggungkan kepadanya. Lalu ia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim 2581)

Ketiga, keberadaan pemimpin yang ada di sekitar kita merupakan cerminan dari perbuatan yang beredar di tengah masyarakatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan demikianlah Kami jadikan orang- orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi orang zalim yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al-An’am: 129)

Karena itu, apabila rakyatnya baik, maka Allah akan anugerahkan pemimpin yang baik. Demikian juga sebaliknya, rakyat yang buruk pasti akan memilih pemimpin yang buruk. Yang program-programnya sesuai dengan syahwat dan keinginan mereka. Sehingga para ulama memberikan kaidah.

“Sebagaimana kondisi kalian, maka seperti itulah kondisi pemimpin yang akan memimpin kalian.”

Dengan demikian, pemimpin adalah bagian dari elemen masyarakat. Kalau masyarakatnya baik, Allah akan anugerahkan kepada mereka pemimpin yang baik.

Dan demikian sebaliknya. Sehingga, tatkala kita berharap pemimpin yang baik, kita harus berusaha memperbaiki diri kita, memperbaiki masyarakat, dengan cara mengingatkan mereka agar bersama sama kembali ke jalan Allah Ta’ala.

Edukasi tidak hanya disampaikan kepada lapisan atas, tapi kepada masyarakat secara umum.

Selanjutnya, tatkala seseorang telah menjadi pemimpin, tugas rakyat adalah menjadi rakyat yang baik. Salah satunya yaitu menghormati pemimpinnya. Dalam hadis riwayat Imam Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Pemimpin adalah naungan Allah di muka bumi. Siapa yang memuliakan pemimpin, Allah akan memuliakannya. Dan siapa yang menghinakan pemimpin, Allah juga akan menghinakannya.”

Di zaman pemerintah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, ada banyak sekali orang yang menghina Utsman bin Affan. Salah seorang ulama generasi tabi’in yang bernama Abdullah bin Amir bin Rabi’ah mengatakan: “Ayahku termasuk di antara orang yang tidak mau menghina Utsman. Sampai ia berdoa di salat malamnya, ‘Ya Allah, lindungilah aku dari segala bentuk fitnah. Sebagaimana engkau lindungi orang orang shaleh dari segala bentuk fitnah’.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini