Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah menerima kunjungan dari Prof. Nahla Shabry Al-Saeedi dari Universitas Al Azhar, yang juga perempuan pertama yang menjadi penasihat Imam Besar Al Azhar, Mesir pada Jumat (9/2/2024) di Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah menyampaikan bahwa pemikiran Prof. Nahla tentang peran dan kemajuan kaum perempuan sama dengan pemikiran ‘Aisyiyah sejak berdirinya. Di mana saat sebelum kemerdekaan ‘Aisyiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan teman-temannya beserta Nyai Walidah untuk memajukan dan memuliakan kaum Perempuan.
Pada waktu itu, peran dan akses perempuan sangat terbatas. Akan tetapi Kyai dan Nyai mendorong agar para perempuan dapat menerima pendidikan serta berkiprah di ranah publik.
“Kami berharap kunjungan ke ‘Aisyiyah di Kampus UNISA yang merupakan kampus kebanggan ‘Aisyiyah ini akan memberikan hal positif dan kerjasama kedepannya,” ungkap Salmah.
Salah satunya disebut Salmah adalah kerjasama dalam pemberian beasiswa bagi kader-kader persyarikatan yang memiliki ragam potensi. Selain itu juga kerjasama pendidikan tabligh bagi kader dan ulama perempuan ‘Aisyiyah. Salmah berharap kerjasama ini bisa memperluas dan menguatkan bukan hanya masyarakat Indonesia dan Mesir tetapi juga masyarakat Islam secara global.
Prof. Nahla merasa senang atas kunjungan ini. Lebih-lebih bisa berkunjung ke UNISA Yogyakarta, yang merupakan perguruan tinggi swasta milik organisasi perempuan Islam Berkemajuan di Indonesia. Bahkan ini menjadi perguruan tinggi pertama yang dimiliki oleh organisasi perempuan Islam di dunia.
“Saya merasa senang dengan kedatangan di sini, melihat universitas yang dibangun oleh organisasi perempuan yang bagus sekali, besar, dan lengkap sekali. Aku merasa bangga, karena berada di tengah kalian sebagai perwakilan dari Al-Azhar, bertemu pengurus organisasi perempuan terbesar,” katanya.
Perlu diketahui, Prof Nahla adalah perempuan pertama ditunjuk sebagai penasihat Imam Besar Al Azhar untuk urusan ekspatriat. Prof. Nahla menjadi perempuan pertama yang memegang peran Penasihat Grand Syeikh dalam sejarah 1.000 tahun Al Azhar. Nahla sekarang bertugas untuk mendukung visi 2030 Mesir tentang strategi nasional pemberdayaan perempuan.
Kedatangan Prof. Nahla disambut langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah beserta jajaran, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UNISA Yogyakarta, Siti Noordjannah Djohantini; serta Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti beserta jajaran.
Dalam kesempatan tersebut Nahla juga menyampaikan pandangannya tentang peran strategis perempuan serta melakukan dialog dengan segenap peserta pertemuan.
“Saya ingin di pertemuan ini nantinya kita bisa membuat sesuatu yang mendukung hal-hal yang berkaitan dengan masa depan perempuan. Hak dan kewajiban perempuan tidaklah boleh dikurangi sesuatu pun karena Al-Quran sudah memberitahukannya,” ujar Nahla.
Menurutnya banyak organisasi yang membicarakan tentang perempuan akan tetapi tidak semuanya mendukung pemberdayaan perempuan.
“Kita sebagai perempuan muslimah sudah seharusnya menunjukan muslimah yang terbaik sebagai teladan untuk yang lainnya. Jangan sampai kita jumud dalam mengenal hak dan kewajiban perempuan, berpikiran kolot tidak berkemajuan. Setiap perempuan di seluruh dunia harus melakukan gerakan ini bersama,” tegasnya.
Nahla menyebut bahwa problematika perempuan di dunia tidak akan pernah selesai dan untuk menemukan berbagai solusi atas permasalahan yang muncul, ia menekankan agar untuk selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan as-sunah.
“Karena kalau kita kembali kepada kedua hal itu, maka kita akan menemukan solusi dalam pembangunan perempuan yang benar,” tandasnya.
Dalam kunjungan tersebut Nahla berharap akan dapat menjalin kerjasama dengan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah termasuk dengan UNISA untuk dapat semakin memajukan dan mencerahkan para perempuan sehingga mampu berperan di berbagai bidang.
Sementara Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti dalam sambutannya menyampaikan bahwa UNISA walaupun didirikan oleh organisasi perempuan Islam akan tetapi tidak mendidik mahasiswa perempuan saja. Sebagai kampus yang merupakan bagian dari ‘Aisyiyah, UNISA mendorong mahasiswa dan mahasiswinya untuk dapat berkiprah memajukan umat.
UNISA disebut Warsiti juga mengemban Risalah Perempuan Berkemajuan sebagai bagian dari prinsip Islam Berkemajuan.
“Hal ini akan menjadi inspirasi utama UNISA untuk mengembangkan berbagai terobosan termasuk dalam memajukan perempuan,” tukas Warsiti. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News