Pertama,
رَبَّنَآ أَخۡرِجۡنَا مِنۡہَا فَإِنۡ عُدۡنَا فَإِنَّا ظَـٰلِمُونَ قَالَ ٱخۡسَـُٔواْ فِيہَا وَلَا تُكَلِّمُونِ
“Ya Rabb kami, keluarkanlah kami daripadanya (neraka) (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Allah berfirman, Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (QS. Al-Mu’minun: 107-108)
Di dalam ayat ini, penduduk neraka meminta dan memohon kepada Allah Ta’ala agar dikeluarkan dari neraka.
Karena saking beratnya siksa dan azab neraka. Dalam hadis Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda tentang azab penduduk neraka yang paling ringan.
إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَنْتَعِلُ بِنَعْلَيْنِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي دِمَاغُهُ مِنْ حَرَارَةِ نَعْلَيْهِ
“Sesungguhnya azab yang paling rendah dari penduduk neraka adalah seseorang memakai kedua sandalnya dari neraka. Otaknya pun melepuh karena panasnya kedua sandalnya.”
(HR. Muslim no. 361)
Sehingga, pantaslah mereka meminta kepada Allah Ta’ala agar dikeluarkan dari neraka. Karena saking dahsyatnya azab neraka. Akan tetapi, Allah menjawab permohonan mereka dengan firman-Nya,
ٱخۡسَـُٔواْ فِيہَا وَلَا تُكَلِّمُونِ
“Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.”
(QS. Al-Mu’minun: 108)
Kedua,
وَنَادَوۡاْ يَـٰمَـٰلِكُ لِيَقۡضِ عَلَيۡنَا رَبُّكَۖ قَالَ إِنَّكُم مَّـٰكِثُونَ لَقَدۡ جِئۡنَـٰكُم بِٱلۡحَقِّ وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَكُمۡ لِلۡحَقِّ كَـٰرِهُونَ
“Mereka berseru, Hai (Malaikat) Malik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja. Dia menjawab, Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).’ Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu, tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.” (QS. Az-Zukhruf: 77-78)
Inilah permohonan kedua penduduk neraka. Setelah mereka memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari neraka dan permohonan mereka tertolak, mereka pun mencoba untuk meminta kepada Malaikat Malik agar Allah mematikan mereka dan tidak lagi merasakan azab yang pedih.