UM Surabaya

Sebagai kepala negara berikutnya, Umar bin Khathab, disebut Khalifah Khalifah Rasulullah (Pengganti penggantinya Rasulullah).

Kepala negara setelah Umar bin Khathab disebut Khalifah khalifahnya khalifah Rasulullah saw.

Sangat tidak efisien dan menyulitkan. Umar menampilkan istilah baru sebutan kepala negara yaitu amῑrul-mu`minῑn.

Amῑrul-mu`minῑn terdiri dari dua kata yaitu amῑr dan mu`minῑn. Amῑr berasal dari kata amara yang berarti memerintahkan dan menyuruh. Dari segi bentuk kata (shighah), amῑr berarti “yang disuruh dan yang diperintah” atau pelayan.

Amῑrul-mu`minῑn dengan demikian berarti orang disuruh-suruh oleh orang-orang beriman atau pelayan rakyat.

Atas dasar itu, menjadi pemimpin bagi Umar bukanlah kenikmatan yang harus disyukuri. Memimpin itu bukan menjadi pejabat yang minta dilayani; dilengkapi dengan fasilitas kemewahan, dibukakan pintu mobilnya, dibawakan tasnya, dipayungi supaya tidak terkena sinar matahari, dst.

Bagi Umar, memimpin adalah beban dan penderitaan. Kata Umar, “Cukuplah satu Umar yang menanggung beban berat ini.”

Sikap Umar seperti itu diteladani oleh banyak founding fathers kita. Mereka gambarkan sikap Umar itu dengan pepatah kuno bangsa Belanda, leiden is lijden.

Pepatah itu diucapkan oleh Kasman Singodimejo di hadapan H. Agus di rumah kontrakannya di Gang Tanah Tinggi Jakarta tahun 1925.

Dengan pikiran bahwa memimpin itu menderita, umumnya founding fathers tidak mewariskan penderitaan itu kepada anak-anak mereka.

Mungkin itu sebabnya, pasca-founding fathers, daftar nama-nama pemimpin negara yang mereka dirikan tidak diisi oleh nama-nama anak-anak mereka. Di mana anak-anak H. Agus Salim? Di mana anak-anak Kasman Singodimejo?

Di mana anak-anak Moh Yamin? Di mana anak-anak Ahmad Subardjo? Di mana anak-anak Moh Natsir? Di mana anak-anak IJ Kasimo? Di mana anak-anak Jenderal Soedirman?

Zaman sudah berubah. Dewasa ini para pemimpin berlomba-lomba mempromosikan anak-anak mereka untuk jadi pemimpin.

Mereka berlomba-lomba mendirikan dinasti. Bukan hanya di pusat, di daerah-daerah banyak gubernur, bupati, dan wali kota yang sudah membentuk dinasti.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini