Ahmad Wildan Al Mauludi dan Tim dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat yang dapat mendeteksi kebakaran hutan.
Wildan mengatakan, ide awal untuk membuat Flame Shield Forest (FSF) ini dikarenakan peristiwa kebakaran lahan di Kawasan Bromo yang mengakibatkan banyak kerugian bagi negara maupun warga sekitar.
Selain itu, telatnya penanganan serta informasi adanya kebakaran juga menyebabkan meluasnya lahan yang terbakar.
“Untuk itu, kami menciptakan alat ini agar hal tersebut tidak teradi. Alat ini juga bisa membantu pemadam kebakaran atau yang bertanggung jawab bisa segera mengetahui kondisi dan titik lokasi kebakaran terjadi,” tambahnya.
Alat yang telah dipamerkan di Industrial Engineering Expo (IEE) pada Januari lalu ini mendapat banyak pujian. Pasalnya, FSF dilengkapi dengan Arduino ESP 32 sebagai sensor pendeteksi api, sensor gas, modul GPS, modul WiFi, dan penguat sinyal.
Jika terjadi kebakaran, sensor api dan gas akan mendeteksi adanya kebakaran dan mengirimkan pesan peringatan pada gawai melalui fitur bot telegram.
Nantinya, pesan yang dikirim melalui gawai akan memuat lokasi akurat dari peristiwa kebakaran. Sementara, untuk sistem kelistrikan, FSF masih mengandalkan listrik dari luar sehingga belum memiliki daya sendiri.
Hal ini dikarenakan alat ini membutuhkan daya yang terbilang kecil, sehingga cukup dipasang pada powerbank untuk menjalankan alat ini.
“Pada awalnya kami mau menggunakan panel surya, namun karena kurangnya budget dalam pembuatan sehingga kami memilih colokan USB yang cukup terjangkau,” tambahnya.
FSF tak hanya mendeteksi kebakaran hutan saja, namun juga dapat difungsikan sebagai pendeteksi kebakaran di ruko atau pemukiman padat penduduk.
FSF akan mendeteksi kebocoran gas atau percikan api dari korsleting listrik sehingga penanganan kebakaran dapat segera dilakukan dan tidak membahayakan penduduk sekitar.
Ke depannya, Wildan dan tim akan mengganti fitur Wi-Fi menjadi kartu GSM. Hal ini agar FSF dapat digunakan di hutan dan memiliki jangkauan sinyal yang lebih luas.
Selain itu, ked epannya ia juga akan mengganti beberapa komponen sensor api dan gas agar jangkauan deteksi dapat lebih jauh.
“Untuk itu, inovasi FSF tak akan berhenti sampai di sini saja. Semoga kami dapat menambahkan fitur baru agar FSF dapat digunakan pada hutan yang rentan kebakaran,” ucapnya mengakhiri.
Untuk diketahui, peristiwa kebakaran lahan di kawasan Gunung Bromo terjadi pada 2023 lalu. Insiden tersebut menyebabkan banyak kerugian bagi warga maupun pengunjung. Kebakaran lahan yang berlangsung sepuluh hari tersebut melahap kurang lebih 504 hektare padang rumput.
Menurut perhitungan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), kerugian ditaksir mencapai Rp 5,4 miliar. (tri/wil/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News