UM Surabaya

Dia lalu menambahkan, ada tiga kriteria warga negara yang hebat tersebut. Pertama, bertakwa. Dalam arti luas masyarakat beretika.

“Hal ini mencakup segala bentuk peribadatan, kepatuhan terhadap hukum-hukum agama, dan pengabdian diri kepada Allah dalam segala aspek kehidupan,” tegas Ismail

Kedua, berilmu (educated), sehingga cerdas berkehidupan. Di mana tercapainya pendidikan yang tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tapi juga membentuk karakter dan moralitas yang baik.

“Dalam konteks masa kini masyarakat berilmu itu memiliki literasi yang kuat, bisa menyaring informasi-informasi yang palsu (hoax) karena nalarnya jalan, dan lain sebagainya,” papar Ismail.

Ketiga, produktif, menjadi warga negara yang hidupnya surplus sehingga bisa menjadi penopang negara. Bukan sebaliknya, masyarakat yang menjadi beban negara, sebagaimana realitas masyarakat Indonesia saat ini.

“Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi, mereka bekerja secara efisien, menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal, dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain,” tandas ketua dewan penasihat Ikatan Saudagar Muslim (ISMI) Jatim ini.

Kata Ismail, dengan tiga kriteria tersebut, masyarakat bukan lagi menjadi beban negara. “Tidak ada lagi masyarakat yang menunggu BLT (bantuan langsung tunai) karena warga negara mampu membiayai negara,” tegas dia.

Menurut dia, guna meraih tujuan tersebut tidak cukup dilakukan lewat proses politik negara semata, melainkan peran penting dari kekuatan yang ada pada masyarakat sendiri, seperti ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Keadaan itu dikarenakan dalam sistem demokrasi terdapat stigma sebagai cacat bawaan. Untuk mengatasinya tidak cukup diselesaikan oleh fungsi politik negara saja.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini