Allah berfirman:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Allah berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman, maka bagi mereka itulah keamanan dan mereka itulah yang diberi petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)
Akan tetapi, ternyata tidak sedikit manusia justru menentang tauhid ini dan memusuhinya. Padahal, tauhid inilah sebab kebahagiaan hidup mereka. Mereka lebih mendahulukan hawa nafsu dan perasaannya di atas wahyu dan bimbingan Allah, Rabb Pencipta alam semesta.
Mereka menolak kebenaran dan meremehkan orang yang menyeru kepada tauhid. Sebagaimana dikisahkan dalam ayat di atas bahwa orang-orang musyrik menggelari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai seorang penyair yang gila. Padahal, beliau bukanlah tukang syair apalagi orang gila!
Karena itulah, Allah pun menyebut orang yang tidak tunduk beribadah dan berdoa kepada-Nya sebagai orang-orang yang sombong.
Allah berfirman:
“Dan Rabb kalian berfirman, ‘Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang- orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepadaKu pasti akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60)
Demikianlah keadaan orang yang menentang perintah Allah. Tidaklah berlebihan jika perilakunya disebut sebagai kesombongan.
Sebagaimana Iblis yang menolak perintah Allah karena enggan dan istikbar (kesombongan). Karena itu pula, salah satu bentuk kekafiran perusak iman adalah kufur iba’ wal istikbar (karena enggan dan kesombongan).
Kesombongan itulah yang telah membinasakan Fir’aun dan Qarun. Sombong dengan kekuasaan ataupun sombong dengan harta dan kekayaan.
Mereka lupa bahwa kenikmatan yang mereka peroleh adalah titipan dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya.
Apakah mereka pandai bersyukur kepada Allah dengannya ataukah justru kufur dan mengingkari ajaran dan petunjuk-Nya?
Hal ini mengingatkan kita kepada nasihat Abu Hazim rahimahullah, “Setiap nikmat yang tidak semakin mendekatkan diri kepada Allah, maka itu adalah malapetaka.”
Demikian pula, ilmu merupakan nikmat bagi kemanusiaan. Apabila manusia mengikuti petunjuk Allah dan bimbingan-Nya, niscaya mereka akan bahagia.
Allah berfirman:
“Maka, barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123)