Jauhnya watak sombong ini mencegah dirinya untuk berbuat kerusakan. Mereka senantiasa meminta bimbingan Allah untuk senantiasa menambah amalan akhirat.
Oleh karenanya, mereka rela berpuasa, mengorbankan diri untuk orang lain, bangun salat malam, mengeluarkan zakat dan sedekah, berbuat baik kepada keluarga dan teman, hingga berjihad di jalan Allah.
Semuanya dilakukan dalam rangka mengejar kepentingan akhirat tanpa ada rasa sombong, serta diiringi keikhlasan untuk memohon kebaikan di dunia dan akhirat.
Mereka melakukan hal itu dalam rangka memperoleh keagungan berupa kenikmatan agung, seperti kenikmatan melihat Allah, makan dan minum air di surga, serta bergaul dengan para bidadari. Semua itu tidak akan dirasakan di dunia, tetapi hanya didapatkan di surga.
Sombong dan Berbuat Kerusakan
Sikap sebaliknya, Allah menunjukkan bahwa ada para hamba-Nya yang tidak akan mendapatkan bagian akhirat, ketika dalam dirinya ada rasa sombong.
Kesombongan itu mendorong untuk menolak segara perintah dan larangan. Konsekuensinya, mereka menolak untuk tunduk dan patuh pada perintah-Nya.
Setiap datang kebenaran yang datang kepadanya, ketika sang rasul menyampaikannya, mereka serta merta menolaknya.
Konsekuensi sikap sombong ini, maka muncullah perilaku merusak karena senantiasa menolak perintah dan menolak larangan.
Alquran menisbatkan sifat buruk ini pada Bani Israel yang memiliki sikap sombong, sehingga senantiasa berbuat rusak. Hal ini diabadikan Alquran sebagaimana firman-Nya:
وَقَضَيْنَاۤ اِلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ فِى الْكِتٰبِ لَـتُفْسِدُنَّ فِى الْاَ رْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيْرًا
“Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di Bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (QS. Al-Isra’ : 4)
Watak sombong telah menjadi karakter Bani Israil karena menolak ayat-ayat yang disampaikan nabinya.
Ketika Nabi Musa memerintahkan mereka untuk memasuki suatu kota untuk berperang, dan akan menjamin kemenangan, maka mereka justru membangkang dan memerintah Nabi untuk memasuki sendiri bersama Tuhannya. Sementara mereka memiliki duduk-duduk dengan menanti kemenangan.