Dengan menolak perintah dan larangan itulah, mereka menjadi masyarakat yang hina karena senantiasa menentang segala perintah yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Alquran juga memaparkan bahwa Bani Israil sering kali memperdebatkan ayat-ayat Allah untuk berkilah dari perintah berbuat sesuatu.
Enggan menerima perintah menyembelih sapi hingga bertanya-tanya secara detail, merupakan contoh memperdebatkan ayat-ayat Allah.
Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
ٱلَّذِيْنَ يُجَا دِلُوْنَ فِيْۤ اٰيٰتِ اللّٰهِ بِغَيْرِ سُلْطٰنٍ اَتٰٮهُمْ ۗ كَبُـرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ وَعِنْدَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۗ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّا رٍ
“(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” (QS. Ghafir : 35)
Memperdebatkan ayat-ayat Allah telah mendatangkan kemurkaan-Nya hingga pernah dikutuk menjadi kera.
Hal ini sebagai konsekuensi terkunci hati mereka dari hidayah sehingga cenderung menentang dan melanggar perintah Allah. Watak buruk itu sulit untuk dihindari karena Allah telah mengunci hati mereka.
Apa yang terjadi di Palestina bisa menjadi contoh, di mana mereka mengusir, membantai guna melakukan genocida warga Gaza.
Hilang rasa kemanusiaan dan bahkan muncul watak bengis mereka ketika melihat warga Palestina terbunuh.
Bahkan mereka menghentikan pasokan air dan listrik, memutus sarana komunikasi agar mereka leluasa menguasai tanah Palestina.
Meskipun dunia mengecam, mereka tidak menggubrisnya, dan semakin membabi buta melenyapkan para korban kebiadabannya.
Mereka sudah tidak memiliki belas kasihan melihat korban anak-anak Palestina yang terbunuh orang tuanya.
Kesombongan berujung berbuat kerusakan itu, tidak lain karena penolakan terhadap hari pembalasan di negeri akhirat. (*)
Surabaya, 15 Februari 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News