Mereka butuh teman yang bisa menjelaskan, bukan lawan yang terus mem-bid’ah-kan dan mengalahkan.
Pernah suatu kali Pak AR ditanya tentang bacaan usholi sebagai niat yang dilafalkan. Pak AR menjawab di luar dugaan: ‘Sebelum salat pencakan saja boleh, kok’.
Beliau tidak membawakan dalil atau pendapat ulama, tetapi memberikan jawaban yang jenaka tapi tepat sesuai kemampuan berpikir orang yang bertanya.
Beliau pernah di undang Yasinan oleh koleganya dan datang tanpa kata bid’ah. Beliau menjadi imam salat tarawih 23 rakaat yang diringkas menjadi 11 rakaat tanpa menyinggung tuan rumah.
Kejenakaan—saya bilang wisdom atau hikmah—banyak ulama pintar tapi tak punya hikmah. Yang tampak hanya arogansi. Seakan dalil bisa merampungkan segalanya. Dan mengalahkan semua yang disebut bid’ah.
***
Pak AR, Ketua PP Muhammadiyah organisasi modern dan kaya, tinggal di rumah kontrakan, jual bensin eceran dan mengembalikan sangu ceramahnya di kas bendahara PP.
Beliau tak punya ajudan atau sekretaris apalagi manajer yang mengatur jadwalnya yang padat.
Saat diundang ke daerah, Beliau memilih istirahat di rumah pengurus Muhammadiyah di daerah atau cabang tanpa pengawalan.
Hanya Allah yang menjaganya bukan Kokam atau lainnya. Beliau juga merokok, makan pecel atau gudeg di warung sebelah.
Hidup dalam kebermaknaan, bukan hidup dalam kepura-puraan karena aplaus dan sanjung puji.
Beliau tidak pernah merepotkan umatnya. Justru beliau sendiri yang terus berikhitiar agar Muhammadiyah mendapat kemudahan bukan sebaliknya.