Karena ketetapan takdir itu ada karena rahmat dan hikmah. Kejelekan murni itu hanya muncul dari pelaku kejelekan. Sedangkan Allah itu hanya berbuat baik saja selama-lamanya.
Dalam salah satu doa iftitah yang terdapat dalam hadis ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu disebutkan:
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
“Kebaikan itu seluruhnya pada kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.” (HR. Muslim, no. 771)
Mengapa Allah menakdirkan kejelekan?
Karena ada hikmah di balik itu seperti:
1. Agar kebaikan dapat dikenal
2. Supaya manusia menyandarkan diri kepada Allah
3. Supaya manusia bertobat kepada-Nya setelah ia berbuat dosa
4. Banyak meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan dengan berzikir dan berdoa
5. Ada maslahat besar di balik kesulitan atau musibah yang menimpa.
Bisa jadi yang jelek itu baik untuk kita, Allah Ta’ala berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُون
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Mahamengetahui. Bahkan Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita daripada diri kita sendiri. Sedangkan kita sendiri tidak mengetahui yang terbaik dan yang jelek untuk kita.
Sebagai contoh, kita menyukai aktivitas wisata kuliner dan mencoba banyak makanan lezat. Dengan merasakan berbagai cita rasa makanan lezat, kita bisa merasa senang dan bahagia.
Akan tetapi di sisi lain, Allah juga memerintahkan kita untuk berpuasa. Padahal puasa adalah ibadah yang sangat berat, karena harus menahan lapar meski harus menjalankan aktivitas seperti biasa.
Namun ibadah puasa justru memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Sebaliknya, pola makan yang tidak terkontrol justru lebih banyak mendatangkan risiko penyakit. Karena alasan itulah mengapa takdir Allah adalah yang terbaik.
Allah yang lebih mengetahui akibat terbaik setiap perkara. Allah yang Maha Tahu yang paling maslahat untuk urusan dunia dan akhirat kita. Sedangkan kita sendiri tidak mengetahui yang terbaik dan yang jelek untuk kita. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News