Sementara dalam hal air suci ini, Muhammadiyah melakukan tajdid sehingga lahirlah air wudu dari kran.
“Dua kulah itu ada dalilnya dan suci, tapi kran selain suci juga sehat. Itulah contoh tajdid ilmu agama beriringan dengan ilmu kesehatan,” terang Tafsir.
“Saya kira masih banyak hal yang bisa dilakukan oleh akademisi UMKu terkait pengembangan dakwah, khususnya dalam memaknai dalil yang disesuaikan dengan ilmu pengetahuan umum. Dan itulah tugas akademisi, mengajar dan melakukan penelitian. Semoga tahun ini UMKu bisa banyak melahirkan doktor,” harapnya.
Terakhir terkait dengan pilpres, Tafsir mengingatkan tentang arti penting Kepribadian Muhammadiyah.
“Siapa pun presidennya, sesuai dokumen tersebut, posisi Muhammadiyah adalah pembantu pemerintah,” tegas Tafsir.
“Sejak kapan Muhammadiyah oposisi dengan pemerintah? Belum pernah. Karena kepribadian Muhammadiyah juga belum pernah dirubah sampai hari ini. Walau tetap amar makruf nahi munkar tetap dijalankan dengan catatan dilakukan dengan lembut dan baik,” terangnya.
Kegiatan bedah buku ini lebih kurang dihadiri oleh 150-an dosen-dosen UMKu juga beberapa mahasiswa.
“Saya kira buku ini harus dipasarkan secara terstruktur, sistematis, dan masif, mengingatkan buku ini sangat penting untuk didiskusikan di internal Persyarikatan,” pesan Riska Himawan. (gsh/tim)
*Artikel ini tayang di suaramuhammadiyah.id
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News