Sedekah Jadi Sia-sia karena Petaka Lisan

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Sejatinya pemberian sedekah berarti menitipkan harta untuk dibawa ke akhirat sebagai ganjaran pahala.

Namun anehnya, sebagian manusia sudah ‘susah-susah’ bersedekah, tapi ia batalkan sendiri pahalanya dengan mengungkit pemberian.

Allah ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit ungkit pemberian dan menyakiti (yang diberi).” (QS. Al-Baqarah: 264)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: “Tidak ada yang tersisa dari ganjaran pahala yang terhapus karena kesalahan berupa menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti hati penerima sedekah (Tafsir al-Quran al-Azhim)

Dan kebanyakan mengungkit pemberian dilakukan dengan ucapan. Begitulah petaka lisan. Tangan yang berbuat kebajikan, mulut yang membatalkan.

Siap Hijrah dan Diuji Allah Ta’ala

Hijrah di sini artinya meninggalkan kehidupan yang jauh dari agama menuju kehidupan baru yang berusaha serius menerapkan ajaran agama.

Mungkin banyak dengar cerita saudara saudara kita yang hijrah, meninggalkan riba, meninggalkan musik, meninggalkan pekerjaan haram, meninggalkan bid’ah, meninggalkan maksiat.

Kemudian mereka diberi kemudahan-kemudahan setelah hijrah, rezeki lancar, hidup juga makmur.

Namun itu hanya sebagian dari kisah-kisah hijrah. Di samping kisah- kisah gemerlap itu, ada kisah-kisah lain.

Ada yang setelah hijrah kemudian berkelakar: “Mengapa hidup saya lebih susah ketika sudah hijrah?“.

Ada yang diuji dengan seretnya rezeki. Ada yang harus mengalami konflik rumah-tangga. Ada yang diuji dengan gangguan dari keluarganya atau teman-temannya.

Memang begitulah sunatullah, yang siap hijrah akan diuji !

Allah Ta’ala berfirman:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, mereka tidak diuji lagi?”(QS. Al Ankabut : 2)

Yang setelah hijrah diberi nikmat dan mudahnya rezeki itu pun ujian, apakah ia bisa tetap istikamah dengan nikmat tersebut, ataukah menjadikannya luntur dan kufur?

Yang jelas, setelah hijrah, siap diuji oleh Allah. Harus siap, harus berani, demi menggapai ridha-Nya dan jannah-Nya.

Jannah itu butuh diperjuangkan. Harus bersabar. Tujuan akhir kita adalah akhirat, dunia itu sebentar, akhirat itu abadi.

Dunia itu hina, kemenangan di akhirat itu kemuliaan!

Insya Allah, Allah memberi taufik dan hidayah-Nya. Aamiin. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini