*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Jika Ibadahmu,
Membuatmu merasa lebih baik dari orang lain
Tanyakan kembali hatimu
Apakah ibadahmu itu benar-benar karena Allah
Ataukah sejatinya terselip balasan dunia dan pujian manusia belaka.
Jika Ilmumu,
Membuatmu merasa lebih besar dari orang lain.
Maka tanyakan pada hatimu.
Apakah taklimmu selama ini benar-benar karena Allah.
Atau hanya karena ingin kopdar dan “kelihatan” oleh teman-teman ngajimu.
Atau bahkan hanya karena ingin dianggap berilmu.
Jika Hijrahmu,
Membuatmu merasa paling benar, sedangkan selainmu semua sesat dan layak di neraka.
Maka tanyakan pada hatimu.
Apakah Allah yang Membimbing hijrahmu
Ataukah justru setan penipu yang telah membuat tipu daya pada hatimu.
Karena,
Jika diri memang dalam kebenaran, memang berilmu dan memang sungguh-sungguh telah berhijrah dari keburukan menuju kebaikan.
Telah berhijrah dari kemaksiatan menuju ketaatan.
Maka,
Tak ada lagi kesombongan dihati
Yang merasa lebih baik, lebih besar, lebih benar, dan perasaan lebih lainnya.
Yang ada adalah rasa tawadu kepada sesama
Dan rasa takut kepada Rabbunaa
Karena kita tidak tahu apakah amalan kita diterima-Nya,
Ataukah justru ditolak akibat rasa ujub dan kesombongan yang senantiasa bercokol di hati kita.
Semoga, Allah Karuniakan keselamatan untuk hati kita
Nas alullaha as salamah wal ‘aafiyah.
Ingatlah!
Jangan sampai banyaknya kajian ilmu yang telah kita hadiri, banyaknya buku yang telah kita baca, banyaknya nasihat yang kita dapatkan dari saudara seiman kita, tapi itu semua tidaklah menambah keimanan dalam hati kita.
Demikian pula, seseorang itu sulit mengakui dan menghadirkan kekurangan amal dirinya, apabila dia telah menyangka amalnya sudah sempurna (apalagi menyangka amalnya sudah diterima), sehingga ia pun enggan memperbaiki kualitas amalnya, apalagi menambahkan kuantitasnya.
Berkata salah seorang ulama ketika melihat orang yang mengagumi amalnya:ِ
“Janganlah engkau terpedaya dengan apa yang kau lihat dariku, sesungguhnya iblis beribadah kepada Allah Ta’ala ribuan tahun, kemudian dia menjadi kafir.” (At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606).
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News