Dalam situasi yang sulit ini, maka Allah memberi pertolongan dengan berbagai kemudahan sehingga memuliakan kehidupan mereka. Hal ini dinarasikan Alquran sebagaimana firman-Nya:
وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ فِيْكُمْ رَسُوْلَ اللّٰهِ ۗ لَوْ يُطِيْعُكُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنَ الْاَ مْرِ لَعَنِتُّمْ وَ لٰـكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِ يْمَا نَ وَزَيَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَا لْفُسُوْقَ وَا لْعِصْيَا نَ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَ
“Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. Al-Hujurat : 7)
Para sahabat sanggup mengikuti jalan yang lurus namun dalam situasi sulit. Jiwa dan raga mereka dikorbankan untuk menjalankan apa saja yang diperintahkan nabi.
Di antara mereka mengeluarkan harta benda, tenaga, dan pemikiran. Bahkan mereka rela hijrah dan siap berperang membersamai nabi di tengah sengitnya perlawanan orang kafir terhadap dakwah nabi.
Pengorbanan yang mereka lakukan telah membuka jalan bagi kemuliaan dan keagungan. Apa yang dilakukan Abu Bakar dengan membebaskan para budak yang mengalami penyiksaan.
Umar bin Khatthab berani mengumumkan keislamannya dengan membela kaum muslimin yang lemah.
Utsman juga mengeluarkan harta benda untuk menopang perang serta Ali bin Abi Thalib yang rela menggantikan posisi tidur saat beliau hijrah.
Para sahabat juga melakukan perjuangan untuk membela dakwah nabi demi tegaknya nilai-nilai Islam.
Bahkan para sahabat yang secara ekonomi lemah pun semakin kokoh memegang teguh Islam dengan mencintai nabi sesuai dengan keimanan mereka.