Muhammadiyah Tidak Cukup hanya Mengkader Imam Masjid dengan Tajwidnya Bagus
Ketua PP Muhammadiyah Kiai Saad Ibrahim.
UM Surabaya

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim memberikan apresiasi atas perkembangan pesat jumlah pesantren Muhammadiyah. Dari yang awalnya hanya segelintir, saat ini jumlahnya sudah tercatat sebanyak 440 Pesantren Muhammadiyah (Pesantrenmu).

“Saya bertambah kuat harapan saya kepada Muhammadiyah ketika lihat pesantren-pesantren. Karena itu tidak cukup kita ini hanya mengkader imam masjid yang kemudian tajwidnya bagus, bacaannya bagus, tidak cukup,” kata Kiai Saad di acara Sarasehan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Modern Zam-Zam Muhammadiyah, Banyumas, Ahad (25/2/2024)

Kiai Saad memandang, konteks terlalu kecil jika kehadiran pesantren Muhammadiyah hanya mengkader imam masjid. Akan tetapi, jika hal itu saja gagal dilakukan, apalagi jika ingin menggarap konteks yang lebih besar.

“Usaha besar itu sekali lagi dimulai dari hal yang kecil, bahkan sampai ke sini itu dimulai dengan satu langkah, kemudian langkah kedua dan ketiga itu bukan urusan kita,” tuturnya.

Konsep besar harus diproyeksikan mulai dari sekarang, oleh pesantren-pesantren Muhammadiyah yang jumlahnya 440 itu. Namun demikian, gagasan besar itu tidak boleh berangkat maupun lepas dari nilai-nilai teologis.

Model pendidikan integrasi yang diterapkan di pesantren Muhammadiyah diharapkan akan melahirkan manusia yang mahir tidak hanya dalam urusan agama. Kiai Saad Ibrahim menegaskan lulusan pesantren itu bisa jadi apa saja.

“Bisa jadi ilmuwan besar dalam konteks apapun. Faktanya kemudian ada yang kuliah ke Australia dan macam-macam itu, dan lebih aman,” ungkapnya.

Secara personal, Kiai Saad menceritakan bahwa dirinya dan hidupnya selalu lekat dengan pesantren, bukan hanya karena saat ini di PP Muhammadiyah diamanahi di bidang pesantren. Tetapi dia juga pernah mengajar di beberapa pesantren, dan anak-anaknya juga lulusan pesantren semua.

Bahkan tidak hanya mendidik di pesantren Muhammadiyah, dia juga pernah mendidik di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang selama 13 tahun. Salah satu pondok pesantren legendaris, dan menjadi pusat berdirinya Nahdlatul Ulama. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini