Pernahkah kita melihat orang yang tetap sabar dan tenang saat mendapat kesusahan, dan sama tenangnya saat ia mendapat kebahagiaan.
Bersikap biasa saja tidak berbangga diri ketika mendapat banyak kenikmatan dan kemewahan, dan tidak pula mengeluh serta mengharap belas kasihan ketika mendapat kesusahan dan kekurangan.
Maka salut kepada orang seperti ini, ia tetap berusaha sabar dan tersenyum terlihat baik-baik saja, meski ujian hidupnya begitu besar menimpa.
Begitu juga ia tetap tenang dan tak mengharap pujian meski kebahagiaan hidupnya begitu banyak ia terima.
Orang-orang seperti ini biasanya lapang jiwanya, bersih hatinya, dan begitu dekat dengan Rabb-Nya.
Karena ia tahu bahwa semua pujian atau belas kasihan tidaklah penting baginya, karena ia sadar bahwa banyak hati yang harus di jaga.
Karena ia paham bahwa tidak semua orang seberuntung seperti dirinya.
Karena ia mengerti bahwa setiap orang juga memiliki masalah dalam hidupnya.
Sebab itulah mengapa tidak semua kebahagiaan harus kita publikasikan, dan tidak pula semua kesedihan harus kita umbar.
Karena yang demikian dapat melatih diri untuk lebih sabar, ikhlas, punya rasa malu, tidak riya, menjaga perasaan, tidak ujub, terhindar dari fitnah dan penyakit hasad atau iri hati dari orang lain.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
Tiga perkara yang akan menjadi perhiasan seseorang:
Menutupi kemiskinan, yang karena pejagaanmu ini orang lain menyangkamu sebagai orang kaya.
Menyembunyikan kemarahan, sehingga orang lain menganggap mu sebagai orang yang selalu rida.
Merahasiakan kesulitan, sehingga orang lain mengiramu sebagai orang yang selalu bahagia. (Manaqib Asy-Syafi’i Lil Baihaqy 2/188). (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News