Malam 27, Salat Tarawih di Masjidil Haram Meluber di Jalan Hingga 3,5 Kilometer
Suasana malam ke-27 Ramadhan 1444 H atau Senin malam, 17/4/2023 di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. foto: saudi gazette

Rekor sejarah Masjidil Haram tercatat dimana saf salat tarawih malam ke-27 Ramadan sampai Distrik Ma’la, sekitar 3,5 kilometer dari Masjidil Haram.

Jutaan manusia datang dari berbagai penjuru dunia. Di antara mereka adalah jamaah umrah yang datang berbagai negara.

Malam 27 Ramadan adalah malam penting karena termasuk malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan yang diisyaratkan sebagai waktu turunnya Lailatul Qadar, malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan.

Tidak sedikit dari penduduk lokal yang keluar rumah untuk mengejar malam Al Qadar. Diperkirakan hampir tiga juta orang melaksanakan salat pada malam 27 Ramadan di Masjidil Haram.

Sejak sebelum masuk waktu salat asar, jalan akses masuk menuju Masjidil Haram sudah ditutup. Ini membuat jamaah salat tidak bisa masuk ke halaman Masjidil haram.

Malam 27 Ramadan dimulai Magrib pada Senin (17/4/2023) hingga Subuh pada Selasa, (18/4/2023).

Buntut penutupan tersebut, banyak jamaah yang melaksanakan salat di jalan protokol, sebagian besar lainnya menunaikan salat di jalanan hotel dan kampung-kampung.

Setelah ditelusuri, gedung-gedung pencakar langit di sekitar Masjidil Haram seluruh lantai juga dimanfaatkan salat tarawih malam 27.

foto: abdel ghani bashir/afp via getty images

 

Siapkan 12 Petugas

Melalaui siara pers, pihak Masjidil Haram sejak awal memang sudah mengantisipasi lonjakan jamaah di malam 27 Ramadan.

Presiden Umum Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Syeikh Abdulrahman al-Rahman al-Sudais secara langsung mengawasi pelaksanaan persiapan tata kelola kerumunan dan melayani para jamaah dengan berkoordinasi dengan pasukan keamanan setempat.

Sedikitnya, 12 karyawan Presidensi Umum serta ribuan petugas kebersihan dan desinfeksi diterjunkan di lapangan untuk membantu masalah operasional.

Mereka menggunakan teknologi terbaru untuk melayani para jemaah serta mengontrol rencana persiapan dengan lancar guna mencegah terjadinya hambatan.

Jumlah petugas kebersihan telah diperbanyak serta pelaksanaan pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi berkala telah dilipatgandakan untuk memenuhi jumlah jamaah yang terus meningkat.

Semua unit telah dikerahkan dalam kapasitas penuh guna menjalankan tugas dan melaksanakan rencana persiapan penyambutan jamaah. Hal ini untuk memastikan kenyamanan dan ketenangan bagi semua jamaah yang pergi ke Masjidil Haram.

Ada pun rencana persiapan tersebut ditujukan guna memastikan kelancaran arus kerumunan dan ketersediaan layanan standar bagi para jamaah, melalui ruang operasional yang dibentuk dari anggota Presidensi Umum.

Sementara ruang operasional ini bertugas menindaklanjuti laporan-laporan layanan di lapangan dan penyediaan semua kebutuhan jamaah agar mereka dapat menjalankan ibadah dengan mudah.

Mereka menggabungkan upaya untuk mengatur arus masuk dan keluar di Masjidil Haram, mencegah para jemaah duduk di koridor yang mengarah ke sana sehingga tidak ada kerumunan yang macet di pintu-pintu.

Selain itu, serangkaian pertemuan virtual juga diadakan dengan para pemimpin Masjid Nabawi yang menyaksikan jutaan jamaah beribadah untuk memastikan kemajuan rencana yang telah disusun.

Malam 27, Salat Tarawih di Masjidil Haram Meluber di Jalan Hingga 3,5 Kilometer
Slamet Muliono R. foto: dok/pri

Imam Andalan

Malam itu, Masjidil haram mengeluarkan imam andalan mereka. Dua syaikh dipasang untuk menggetarkan malam 27.

Pertama, Syaikh Bandar Baleelah dengan suara datar tapi menggema mempu menggiring jamaah sehingga khusyu. Dalam 3 kali salam masing-masing dua rakaat menghabiskan bacaan juz 27.

Kedua, Syaikh Abdul Rahman Sudais. Dengan bacaan yang melengking dan mendayu-dayu mampu menggiring hati dan pikiran jamaah.

Dalam salat witirnya, Syaikh Sudais bisa mempengaruhi jamaah menangis mengiringi bacaannya yang syahdu dan menggelegar.

Dua syaikh Masjidil Haram ini benar-benar menyihir jamaah sehingga salat berasa di Padhang Mahsyar

Suhu di Makkah saat itu sangat terang dan cerah, sehingga shalat berjalan dengan tentang dan lancar.

Ada di antara jamaah yang salat di jalanan tikus, ada di atas batu gunung, dan ada pula yang salat di dekat pembuangan sampah.

Semuanya salat dengan khusyuk menikmati bacaan 2 syaikh besar Masjidil Haram tersebut. (*)

Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini