LAZISMU Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Divisi Research and Development (R&D) telah melakukan Riset Model Pemberdayaan Ekonomi Umat kepada empat program Pemberdayaan UMKM. Kesimpulannya inovasi dalam penyaluran zakat ini dinilai efektif dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi.
Keempat program tersebut terdiri dari Program Akselerasi Pengembangan Mocaf di Kabupaten Gunungkidul (Kolaborasi LAZISMU Wilayah DI Yogyakarta dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta), Sekolah Bisnis Sragen Spesial UMKM Binaan LAZISMU Kabupaten Sragen (Kolaborasi antara LAZISMU Kabupaten Sragen dan Talent Center).
Serta Bankziska (Kolaborasi antara LAZISMU Wilayah Jawa Timur dan BMT Hasanah), dan Program Pemberdayaan Ternak Mandiri “SUKET IJO” (Kolaborasi antara LAZISMU Kabupaten Batang, Nasyiatul ‘Aisyiah, peternak kambing setempat, serta Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Batang).
Acara ini menghadirkan Restiyana Agustine Sebagai periset, Warti (Ketua Kelompok Tani Ngudi Sari), serta Prof. Nurul Indarti, Sivilokonom, Dosen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada – Pengurus PP Aisyiah yang mengupas “Model Pemberdayaan Ekonomi yang Ideal”.
Restiyana memaparkan, model penyaluran ZISKA dalam bentuk pemberdayaan lebih efektif untuk menaikan atau mentransformasi masyarakat penerima manfaat. Dari keempat program yang diteliti, Tim R&D Lazismu menemukan bahwa inovasi penyaluran zakat terbilang berhasil dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi.
“Setelah mengikuti program Sekolah Bisnis Sragen Spesial UMKM Binaan LAZISMU Kabupaten Sragen, pendapatan mereka mengalami peningkatan kembali,” ungkapnya tentang Program Sekolah Bisnis Sragen.
Data tersebut juga memiliki kesamaan dengan program Banziska dan Ternak, di mana pendapatan rata-rata keluarga per bulan mengalami peningkatan setelah mendapat bantuan program. Program penyaluran ZISKA oleh Lazismu tidak hanya diberikan cuma-cuma, melainkan juga ada pendampingan.
Menanggapi hasil penelitian ini, Prof. Nurul Indarti menyebutkan, pemberdayaan masyarakat memiliki peran penting untuk meningkatkan kontrol, kemandirian, dan partisipasi dalam kehidupan pelakunya.
Tujuannya adalah membantu individu atau kelompok yang kurang berdaya agar dapat mengatasi masalah, memperbaiki kondisi kehidupan, dan mengambil peran aktif dalam pembangunan masyarakat.
“Pemberdayaan masyarakat juga melibatkan proses penghilangan hambatan-hambatan struktural dan sosial yang menghambat individu atau kelompok untuk mencapai potensi penuh mereka,” tegas Nurul Indarti.
Kajian semacam ini, lanjut Nurul Indarti, perlu dilakukan untuk meningkatkan program pemberdayaan yang telah dijalankan. Pembelajaran dalam kaitannya dengan pemberdayaan, tidak hanya satu titik, namun berkelanjutan. “Kajian ini bisa direplikasi oleh lembaga lain atau di daerah lain,” sambungnya.
Berdasarkan data capaian Indikator Kinerja Aksi Layanan LAZISMU (IKAL) LAZISMU Nasional tahun 2022, sebanyak 1.742 pelaku UMKM telah diberdayakan oleh LAZISMU di seluruh Indonesia.
Model kegiatan pemberdayaan yang dijalankan di antaranya adalah pemberian modal, alat usaha, pelatihan-pelatihan manajemen usaha kecil, pembentukan kelompok usaha, dan pendampingan langsung kepada pelaku usaha.
Pada Pilar Ekonomi, LAZISMU menjalankan berbagai program, di antaranya adalah Pemberdayaan UMKM, Masyarakat Ternak Mandiri, Tani Bangkit, Ketahanan Pangan Keluarga, serta Keuangan Mikro. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News