UM Surabaya

Dia berpendapat bahwa kedua aspek tersebut penting untuk pemahaman menyeluruh tentang iman dan untuk mencapai pemenuhan spiritual.

Al-Ghazali, dipengaruhi oleh pengalaman spiritualnya sendiri, menganjurkan pengetahuan langsung dan eksperimental tentang Allah (ma’rifah) melalui hubungan pribadi dan kontemplasi.

Pemberian penekanan pada pengetahuan eksperimental ini sejalan dengan ajaran-ajaran tasawuf tertentu.

Secara ringkas, pandangan Al-Ghazali tentang tasawuf berkembang dari skeptisisme menuju perspektif yang lebih positif dan integratif.

Dia memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan Islam utama dan mistisisme tasawuf, menekankan kesesuaian praktik tasawuf dengan ajaran Islam ortodoks.

Sintesisnya antara tasawuf dan fikih memiliki dampak yang berkelanjutan dalam pemahaman tentang mistisisme dalam tradisi Islam secara lebih luas. (*)

*) Artikel ini tayang di suaramuhammadiyah.id

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini