Namun mereka justru mengadakan tandingan dengan menyembah patung sapi tak lama setelah ditinggal nabi Musa ketika dipanggil Allah untuk menjalankan suatu perintah.

Saat Nabi Musa harus menghadap Allah, Bani Israil justru memalingkan penyembahan kepada selain Allah. Hal ini abadikan Alquran sebagaimana firman-Nya:

وَاِ ذْ وٰعَدْنَا مُوْسٰۤى اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَ نْـتُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam. Kemudian, kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan) setelah (kepergian)nya dan kamu (menjadi) orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah : 51)

Bani Israil telah mewariskan kejahatan terbesar bagi manusia terhadap Tuhannya. Hal ini ditunjukkan bahwa karunia dan keistimewaan yang diterima justru berbalik menunjukkan pembangkangan dengan menyembah kepada selain Allah.

Kejahatan profetik terbesar itu berlanjut dan dilakukan oleh manusia dengan mempersekutukan-Nya.

Betapa tidak, kenikmatan besar yang datang dari Allah, justru tidak mendorong dirinya membangun ketaatan, tetapi justru menolak perintah dan aturan dari Sang Pemberi nikmat.

Minta Melihat Allah

Pendampingan Nabi Musa terhadap Bani Israil, untuk membebaskan perbudakan yang dilakukan Fir’aun, bukan berbuah ketaatan.

Namun Bani Israil justru melakukan pembangkangan. Pembangkangan itu ditunjukkan dengan permintaaan Bani Israil kepada Nabi Musa untuk melihat Allah.

Permintaan untuk melihat Allah sebagai pra-syarat untuk mau berpegang teguh pada perintah Nabi Musa. Hal inijelas merupakan sikap angkuh Bani Israil terhadap nabinya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini