Hal itu jelas merupakan sebuah narasi ancaman yang dilakukan Bani Israil kepada utusan Allah. Hal ini dijelaskan Alquran sebagaimana firman-Nya:
وَاِ ذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَـكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَ خَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَ نْتُمْ تَنْظُرُوْنَ
“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan.” (QS. Al-Baqarah : 55)
Ungkapan keangkuhan Bani Israil yang menginginkan melihat Allah sebagai persyaratan untuk beriman kepada-Nya, jelas melecehkan Nabi Musa.
Tindakan Bani Israil ini merupakan bentuk kejahatan profetik, sehingga Allah menghukum mereka secara langsung. Allah mengirimkan halilintar.
Itulah gambaran pembangkangan yang dilakukan Bani Israil terhadap risalah profetik yang dibawa Nabi Musa.
Mereka diberikan keistimewaan dan karunia yang agung, namun justru berbalik melakukan penolakan untuk patuh dan taat kepada aturan Tuhannya.
Dua perilaku penyimpangan, menyembah patung sapi atau ingin melihat Allah, merupakan warisan Bani Israil, dan hal ini masih dilakukan oleh manusia modern sekarang ini.
Masih bisa kita temukan manusia era sekarang ini menyembah dan mengagungkan sapi. Bahkan binatang ini dikeramatkan hingga disembah, sebagaimana mereka mengagungkan Tuhan.
Demikian pula manusia saat ini masih ada yang ingin membuktikan adanya Tuhan dengan meminta dihadirkan Tuhan di hadapannya. Dalam pandangan mereka, dengan melihat Tuhan sebagai pembuktian keberadaan eksistensi-Nya.
Menginginkan kehadiran Tuhan dan bisa dilihat secara fisik jelas merupakan bentuk lain untuk percaya kepada Tuhan.
Sementara mereka tidak peka terhadap eksistensi Tuhan atas dirinya. Mereka bisa hidup dengan bernafas, bisa melihat dengan mata, bisa mendengar dengan telinga, hingga bisa berpikir dengan akal sehatnya, merupakan karunia Tuhan.
Semua kenikmatan besar itu tidak menyadarkan dirinya atas keberadaan dan kasih sayang Tuhan.
Itulah gambaran ketika manusia tidak menyadari adanya karunia Tuhan yang demikian besar, maka mereka akan mencari tuhan lain yang dikira bisa memberikan segalanya.
Manusia yang tidak menyadari adanya peran dan kontribusi Tuhan atas dirinya, telah mewarisi kejahatan profetik yang telah dilakukan Bani Israil. (*)
Surabaya, 28 Februari 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News