UM Surabaya

Sementara kaum ekstremis sering terjebak dalam praktik keberagamaan atas nama agama seraya menyampingkan aspek kemanusiaan. Orang yang beragama semacam ini terkadang rela melecehkan kehormatan sesama manusia “atas nama agama”.

Padahal, menjaga nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama. Demi menengahi serta mengajak kedua kelompok ekstremitas, moderasi keberagamaan dengan prinsip keadilan dan keberimbangan menjadi keniscayaan.

Bersikap adil berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya seraya melaksanakannya secara tepat. Adapun sikap berimbang yaitu selalu berada di tengah di antara dua kelompok yang berlebihan.

Pemahaman dan pengamalan keagamaan bisa dinilai berlebihan jika ia melanggar tiga hal; Pertama, nilai kemanusiaan. Kedua, kesepakatan bersama. Ketiga, ketertiban umum.

Prinsip tersebut ingin mempertegas bahwa moderasi beragama berarti menyeimbangkan kebaikan yang berhubungan dengan Allah dengan kemaslahatan yang bersifat sosial kemasyarakatan.

Dalam hal ibadah, misalnya, seorang moderat yakin bahwa beragama adalah melakukan pengabdian kepada Allah SWT dalam bentuk menjalankan syariat-Nya yang bertujuan pada upaya memuliakan sesama manusia.

Hadirin jamaah salat Jumat yang berbahagia

Kunci utama moderasi keberagamaan ialah tidak berlebih-lebihan atau pertengahan. Posisi jalan tengah ini sekaligus mempertegas komitmen Islam sebagai agama yang memotivasi paham keagamaan yang inklusif, mendukung dialog dalam perbedaan, serta menggiatkan berbagai aktivitas sosial tanpa memandang kelompok agama dan golongan.

Dengan begitu, sikap moderat dalam beragama keberagamaan akan senantiasa memosisikan seseorang di tengah, berhati-hati dalam bertindak, melirik ke kiri dan ke kanan, dan selalu mempertimbangkan baik buruk setiap gerakannya.

Konsistensi di jalan tengah bukan berarti diam belaka, melainkan terus bergerak dalam merespon gejala keberagamaan dengan adil dan berimbang.

Beragama dengan memilih jalan tengah bukan tanpa alasan, melainkan sebuah pilihan yang berlandaskan QS. Al-Baqarah ayat 143 dan hadis-hadis seperti misalnya, ad-dînu yusrun (Islam itu mudah), dan hadis ahabb ad-dîn ilâ al-Allâh al-hanafiyyatu as-samhatu (agama yang paling dicintai Allah adalah yang bercirikan lurus dan lapang), serta ungkapan populer, khair al-umûri awsathuhâ (sebaik-baik perkara ialah yang pertengahan).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini