Allah pun menjadikan kaum Nabi Yunus sebagai contoh masyarakat yang layak diteladani. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
فَلَوْلَا كَا نَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَاۤ اِيْمَا نُهَاۤ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَ ۗ لَمَّاۤ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَا بَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ
“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (QS. Yunus : 98)
Berbeda dengan sifat dan karakter masyarakat saat ini, di mana sifat amanah telah berganti dengan curang dan culas.
Jabatan atau kedudukan yang dimiliki tidak menjadikan dirinya bersyukur, tetapi justru dimanfaatkan untuk mengikis sifat amanah.
Kecurangan yang dilakukan oleh penguasa memang berhasil dalam jangka pendek. Namun hal itu merupakan kerusakan yang tertunda.
Implikasi kecurangan telah menggelisahkan dan menciptakan ketidakpastian di tengah masyarakat. Namun para pelakunya merasa aman.
Bahkan mereka merasa bergembira dengan apa yang dilakukan, sementara masyarakat mencemoohnya.
Nabi Yusuf telah memberi teladan dalam memegang amanah, sehingga kekuasaannya terjaga dan kokoh. Demikian pula kaum Nabi Yunus terbebas dari bencana karena berpegang teguh pada amanah yang telah diwasiatkan rasulnya.
Mereka teguh dalam bertauhid sehingga Allah pun memperkokoh komunitasnya. Mereka benar-benar terbebas dari bencana dan musibah karena pertolongan Allah atas masyarakat yang hamba-hamba yang teguh di atas jalan kebenaran. (*)
Surabaya, 3 Maret 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News