Menghadapi dinamika konteks dakwah di era sekarang, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal mengajak aktivis dakwah persyarikatan mereaktualisasi gerakan dakwah Kiai Ahmad Dahlan.
“Dahulu, Kiai Dahlan mengawali gerakan ini dari memurnikan tauhid-fitrah, tazkiyatun nufus, dan pembuktiannya dalam amal salih altruistik (spirit al-ma’un),” tuturnya.
Hal itu disampaikan Fathurrahman dalam acara Pelatihan Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah (PM3) yang dilaksanakan di Tabligh Institut, Kabupaten Bantul pada Kamis (7/3/2024), yang bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Djazman Al Kindi, Kota Yogyakarta.
Isu dakwah generasi milenial, gen Z, dan alpha menjadi diskursus yang memerlukan respon serius dari aktivis dakwah. Muhammadiyah sebagai stakeholder juga memiliki kepentingan untuk dakwah kelompok masyarakat ini. Seperti yang disebutkan dalam narasi Muktamar 2010, dan 2015.
“Muktamar Muhammadiyah Satu Abad menegaskan bahwa persoalan terbesar manusia ialah lost of soul , kegersangan ruhani, disorientasi makna, anomali – penyimpangan moral dan sosial, kekerasan, dan future shock , kejutan masa depan,” kata Fathurrahman.
Dosen Fakultas Agama Islam UMY ini menjelaskan, persoalan ini timbul akibat orientasi hidup yang serba rasional- instrumental yang melahirkan manusia serba modular dan kehilangan makna-makna ruhaniah yang otentik.
Kehidupan saat ini sarat dengan penghambaan yang berlebihan terhadap materi (materialisme), kesenangan inderawi (hedonisme), dan peniadaan nilai-nilai (nihilisme).
Merespon tantangan dakwah kepada generasi ‘zaman now’, Fathurrahman memberikan beberapa catatan yang bisa diaktualisasikan oleh aktivis dakwah, termasuk IMM dan aktivis dakwah lain di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah dengan cakupan masing-masing.
Seperti melakukan perubahan arus orientasi beragama generasi muda di era disrupsi saat ini berupa populisme, dan cenderung bersifat private oriented (kenyamanan spiritual) harus dipandang secara positif, dan tidak perlu konfrontatif. Meskipun massif, namun sering juga kehilangan navigasi berjangka panjang.
Fathurrahman menjelaskan, model dakwah generasi ‘zaman now’ narasi dakwah yang dibangun lebih cenderung merespon peristiwa sesaat secara parsial, dan untuk meraih ketenangan, atau kegembiraan bersama, saat ini mengalami kejenuhan. Saat ini berubah arahnya ke model dakwah dalam bentuk-bentuk yang konkrit.
Kegersangan spiritual termasuk rendahnya daya resiliensi menghadapi dinamika kehidupan nyata menjadi pengalaman tidak sedikit generasi zaman now. Sebab itu, penting mengarusutamakan gerakan bernuansa “sufistik” (tazkiyatun nufus) bagi generasi ‘zaman now’ demi menghadirkan oase di tengah kegersangan spiritual. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News