Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kukuhkan dua guru besar pasangan suami istri (pasutri) dari Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP). Yakni Prof Dr Ir Maftuchah MP dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Agroteknologi dan Prof Dr Ir Aris Winaya MM MSi IPU ASEAN Eng sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pertanian. Suasana pengukuhan sempat membuat undangan terenyuh, lantaran Prof Maftuchah berpulang sebelum dikukuhkan.
Rektor UMM, Prof Dr Nazaruddin Malik SE MSi mengatakan, pengukuhan kedua guru besar sangat bermanfaat apabila dilihat dari banyak perspektif. Misalnya perspektif ekonomi dan manajemen. Pengukuhan pasutri ini semakin memperkokoh UMM sebagai kampus Muhammadiyah dengan jumlah guru besar terbanyak di Indonesia.
“Saya secara pribadi sangat menginspirasi judul orasi ilmiah keduanya. Melakukan penanaman dan pembudidayaan, sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman atau ternak lebih unggul dan berkualitas. Begitu juga dengan UMM penting menumbuhkembangkan bibit bebet dan bobot menuju masa depan lebih baik,” seru Prof Nazaruddin, dalam sambutannya, di Hall GKB 4 UMM sebagaimana dilansir SERU.co.id, Sabtu (9/3/2024).
Suasana pengukuhan berlangsung unik namun mengharukan, dimana ruangan berkonsep western cowboy. Ditambah lagu Country Road Take Me Home menyelingi prosesi pengukuhan dua guru besar dari Fakultas Pertanian-Peternakan ini.
Sebagai informasi, Prof Dr Ir Maftuchah MP telah meninggal dunia dan akhirnya dikukuhkan secara anumerta. Namun orasi ilmiahnya tetap ada dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI). Mengangkat orasi ilmiah berjudul ‘Pengembangan Teknologi Budidaya Tanaman Jarak Pagar untuk Mendukung Ketersediaan Bahan Bakar Biodiesel’.
“Saat ini, sumber bahan bakar ramah lingkungan harus dikembangkan secara sungguh-sungguh dan terencana. Karena di masa mendatang, kemampuan lingkungan akan menurun secara kualitas. Oleh karenanya, potensi sumber bahan lokal potensial sebagai bahan bakar hijau harus ditingkatkan,” ujar Prof. Maftuchah.
Diketahui, tanaman jarak pagar menghasilkan minyak dengan kandungan tinggi untuk bahan bakar nabati. Selain itu juga bisa sebagai pelumas, sabun, insektisida, moluskisida dan obat anti tumor. Diharapkan dapat menyediakan biodiesel di Indonesia dengan estimasi luas area penanaman jarak pagar yang luas hingga 2025.
“Penanaman jarak pagar sebaiknya difokuskan pada daerah marginal untuk menghindari persaingan dengan tanaman pangan yang dapat mengurangi nilai ekonomisnya. Harapannya dapat digunakan sebagai model, karena potensinya belum dikembangkan secara maksimal. Padahal secara potensi cukup besar mengingat lahan yang dapat ditanam sangat luas, terutama tanah-tanah marginal,” pungkasnya.
Sementara itu, Prof Dr Ir Aris Winaya MM MSi IPU ASEAN Eng mengangkat judul ‘Aplikasi Teknologi DNA dalam Penguatan Strategi Konservasi Sumberdaya Genetik Ternak di Indonesia.’ Dikatakannya, sebagian besar breed saat ini merupakan spesies lokal dari negara-negara berkembang. Keanekaragaman genetic breed lokal berperan besar dalam keberhasilan program pemuliaan ternak di negara berkembang.
“Hal ini menunjukan spesies lokal merupakan sumber daya genetik penting dan unik untuk antisipasi kebutuhan produksi ternak. Baik untuk saat ini maupun mendatang. Namun, banyak breed lokal mulai menurun potensinya dan diperkirakan 1 hingga 2 breed punah setiap minggunya,” terang Prof. Aris.
Kebijakan konservasi untuk keturunan ras hewan asli akan sangat bergantung pada pengetahuan tentang hubungan historis. Begitu juga dengan hubungan genetik antar ras serta faktor ekonomi dan budaya. FAO mengusulkan program pengelolaan global sumber daya genetik ternak menggunakan referensi penciri DNA microsatelit.
“Penemuan sekuen DNA dengan Tingkat variabilitas dan polimorfis tinggi sebagai penciri genetik. Teknik genetika molekuler diperkirakan akan memiliki dampak cukup besar di masa depan. Alat baru genetika molikuler memiliki dampak luas pada produksi ternak dan produktifitas ternak dalam beberapa tahun kedepan,” pungkasnya. (afi/rhd/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google New