UM Surabaya

Karena masjid masih tutup, saya berjalan lurus mencari kafe terdekat untuk beristirahat. Setelah berjalan sekitar 5 menit, saya berhenti dalam sebuah kafe. Banyak muda-mudi duduk di luar kafe. Rintik hujan berhenti, namun hawa panas sangat berasa.

Saya duduk di dalam kafe, karena sangat panas saya pesan sebotol minuman berisi jus jeruk. Cukup murah. Harganya 2 Euro. Karena saya sendirian di dalam kafe, saya memberanikan diri menyapa penjualnya.

“Jam berapa kafe ini tutup?” kataku seraya menyerahkan uang koin 2 Euro untuk membayar minuman.

“Jangan khawatir, kafe ini buka 24 jam,” jawab dia.

“Apakah Anda dari Turki?” tanyaku.

Wanita berambut panjang tersebut menjawab kalau dia warga negara Albania. Sudah bekerja di kafe itu selama 2 tahun.

Kata dia, setiap kafe Turki biasanya ada logo Bendera Turki, atau foto Mustafa Kemal Pasha, pemimpin Turki sambil menunjuk ke dua gambar tersebut.

Pandum jam mendekati angka 3. Saya kembali ke masjid. Saat subuh, saya masuk ke dalam masjid karena pintunya baru di buka.

European Union, Masjid Turki, dan Pusat Kota Brussel
Penulis di depan Gedung Le Berlaymonts, Kantor Uni Eropa. foto: dok/pri

Saya ikut salat subuh berjemaah di masjid itu. Terlihat jamaah di masjid tersebut banyak yang berkulit hitam, menandakan mereka keturunan asal Afrika.

Sayangnya, setelah salat subuh, masjid ditutup. Jadi saya tidak bisa ngobrol dengan jamaah di masjid tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini