Bijaklah Menyikapi Debat Agama di Medsos
UM Surabaya

Kemajuan teknologi informasi selalu membawa banyak sisi baik sekaligus sisi kurang baik. Kemajuan ilmu pengetahuan dengan mudahnya akses informasi merupakan salah satu sisi baik yang merupakan dampak yang paling mudah ditemukan.

Di sisi lain secara lebih spesifik, kemudahan akses informasi menjadikan banyak hal yang tidak perlu menjadi konsumsi publik kehilangan ranah privasinya.

Di media sosial, setiap orang yang mengutarakan pandangan dan ekspresinya bisa saja tampil sebagai ulama, mufti, dan memberi label-label tertentu kepada siapapun yang dianggap berbeda.

Ditambah lagi keberadaan akun-akun misterius dengan berbagai nama-nama tertentu cukup banyak bertebaran di media sosial tanpa menunjukkan identitas yang sebenarnya.

Perang fatwa bermodal copy paste menjadi hal yang sangat mudah ditemukan di media sosial mana pun.

Warga persyarikatan yang mungkin belum siap akan hal ini bisa saja merasa dan beranggapan bahwa Muhammadiyah seolah “kurang Islami” seperti yang ditemukan di beberapa unggahan media sosial dari akun-akun misterius yang ditemuinya.

Media sosial menjadi pasar ideologi bebas yang menawarkan berbagai pemikiran yang bisa diambil tanpa filter oleh siapa pun tanpa melibatkan akal sehat dan hati nurani.

Sehingga mudah terjadi “cuci otak” besar-besaran karena informasi-informasi tersebut lebih banyak datang secara satu arah, dan diterima tanpa kesadaran dan logika serta analisa kritis.

Lantas, bagaimana menyikapi perdebatan agama, politik dan semisalnya di media sosial dengan bijak, terkhusus bagi warga Muhammadiyah?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini