*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Bulan suci Ramadhan membuka ruang tersebarkan kebaikan sekaligus mempersempit peluang kemaksiatan.
Betapa tidak, bulan ini banyak manusia tergerak melakukan amal kebaikan dan sedikit malu berbuat kejahatan.
Alquran merekam bahwa tersebarnya kemaksiatan disebabkan ketidapercayaannya pada hari kebangkitan.
Ketika hari kebangkitan tak diyakini kedatangannya, mereka bisa berbuat hingga melampaui batas termasuk melanggar syariat.
Bahkan mereka berani secara terang benderang berbuat kerusakan, sehingga semua orang menyaksikannya.
Dengan datangnya bulan Ramadan setidaknya mendorong terhentinya tersebarnya kemaksiatan karena melihat banyak orang melakukan perbaikan diri.
Ketiadaan Hari kebangkitan
Islam menekankan kepada umatnya untuk percaya hari kebangkitan. Hal ini sebagai kontrol perilaku untuk mengendalikan diri dari penyimpangan.
Ketika percaya hari kebangkitan maka manusia akan takut berbuat maksiat karena mereka yakin akan mendapat balasan setimpal.
Hal sebaliknya bagi mereka yang menolak hari kebangkitan, dengan bebas melakukan berbagai pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan atau ketuhanan.
Hal ini disebabkan kayakinannya bahwa hari kebangkitan tidak mungkin terjadi. Dasar pemikirannya, manusia yang sudah mati dan hancur di dalam tanah tidak mungkin bisa dihidupkan kembali.