*) Oleh: Donny Syofyan,
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Pada bulan Ramadan, ada salat khusus yang dilakukan oleh umat Islam yang disebut salat Tarawih.
Dalam bahasa Arab, istilah itu sendiri berarti istirahat atau relaksasi. Nama ini dilekatkan dengan shalat ini karena ia merupakan salat yang panjang, baik 20 atau 8 rakaat.
Bagi mereka yang berpuasa di musim panas, malamnya pendek sehingga tidak banyak masa untuk istirahat lebih lama, paling-paling hanya untuk istirahat sejenak, jeda, atau sekadar menarik napas sejenak.
Di Indonesia dan di sejumlah tempat, juga dibarengi dengan ceramah singkat selama waktu istirahat itu. Hanya sedikit ulama yang berpendapat bahwa salat tarawih yang panjang ini masuk kategori sunnah muakkadah, yang berarti sunah yang ditekankan sampai-sampai jika Anda mengabaikannya maka Anda akan berdosa karena tidak melakukannya.
Salat tarawih sebenarnya tidak disebutkan dalam Alquran. Bahkan bila dibaca dengan cermat apa yang dikatakan Alquran tentang puasa dan malam Ramadan dan seterusnya, orang tidak akan mendapatkan kesan dari Alquran bahwa ada salat yang panjang di malam hari.
Alquran mengatakan: “Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar” (QS 2: 187).
Alquran memberikan gambaran bahwa Muslim akan makan dan minum di malam hari. Jelas jika kita makan dan minum sepanjang malam, ini akan bertentangan dengan semangat Ramadan. Kita harus memahami Alquran dengan cara yang rasional.
Di tempat lain Alquran berbicara tentang orang-orang yang bangun dari tidur mereka untuk beribadah kepada Tuhan di malam hari. Jika itu berlaku di bulan lain, tentu ini lebih diutamakan selama bulan Ramadan. Ini menjadi kesimpulan bahwa kita juga akan salat di malam-malam Ramadan.
Tetapi lagi-lagi ini tidak menyimpulkan ada shalat yang panjang dan khusus. Banyak hal yang harus dilakukan di bulan Ramadan, yang pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas menjalankan puasa, yaitu menjauhi makan dan minum serta hubungan seksual.