Banjir dan Tauhid Rububiyah
Fauzan el Hasyim. foto: dok/pri
UM Surabaya

*) Oleh: Fauzan el Hasyim, M.Pd

Salah satu sarana untuk menguji tauhid rububiyah kita adalah dengan datangnya musibah. Sejauh mana diri kita bisa bertauhid, atau justru menjadi orang jahiliah masa kini yang tidak bisa menyikapi musibah dengan baik.

Semisal, musibah banjir yang baru-baru ini menggenangi beberapa daerah di Indonesia. Yang terbaru, tanggal 12-13 Maret 2024, banjir yang melanda permukiman masyarakat Sampang di perbatasan dengan Bangkalan. Yang melumpuhkan aktivitas di perbatasan tersebut.

Bahkan kemarin siang, kendaraan kecil yang dari arah timur, termasuk dari dua kabupaten di sebelah timurnya dengan tujuan Surabaya, pun harus balik arah karena tidak bisa melintas.

Sebagian rumah mereka terendam air, sehingga mereka terpaksa naik ke atas atap rumah. Mereka menikmati ifthar, salat, dan istirahat pun di atas atap rumah.

Ini merupakan ujian kesabaran bagi masyarakat terdampak. Karena di dalam menjalankan kehidupan beragama, umat Islam tidaklah lepas dari pada ujian tersebut. Dengan ujian dapat diketahui kadar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Ujian kesabaran ini memang luar biasa dahsyatnya, meskipun tidak sedahsyat ujian yang diterima oleh saudara kita yang ada di Palestina.

Akan tetapi setidaknya dapat menguji keimanan kita akan tauhid rububiyah. Karena kita sebagai hamba Allah harus meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan, mengatur, dan menetapkan takdirnya, sehingga apa yang terjadi dan menimpanya tidak lain sudah ketetapan dari-Nya

Memahami tauhid rububiyah tersebut bertujuan agar kita sebagai hamba Allah dapat mengakui tentang keagungan dan kekuasaan atas semua makhluk yang diciptakan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Mu’minun ayat 86-87:

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ – ٨٦ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ – ٨٧

“Katakanlah, “Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘Arsy yang agung?” Mereka akan menjawab, “(Milik) Allah.” Katakanlah, “Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”

Seberat apa pun ujian tersebut jika memahami tauhid rububiyah secara sempurna akan meredam gejolak hati dan tidak akan memunculkan protes sedikit pun akan tetapi akidahnya semakin kokoh dan bertakwa.

Beda lagi dengan mereka yang lemah tauhid, justru akan muncul ketidakterimaan bahkan protes kepada Allah SWT.

Rasa sabar pun sirna, sehingga tidak dapat menghiasi dirinya yang tersisa hanyalah amarah dan kekesalan diri yang berpengaruh terhadap tindakan dan perilaku, serta berakhir dengan kerugian yang amat besar. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini