*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Alquran memotret pentingnya menyatukan hati dan akal untuk merenungkan nilai-nilai profetik guna mengambil pelajaran sehingga terbebas dari perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada hancurnya tatanan masyarakat.
Hancurnya tatanan itu tidak lepas dari berbagai penyimpangan manusia disebabkan oleh hilangnya peran penting dua komponen penting itu sebagai pengontrol.
Alquran mengajak manusia untuk melakukan perenungan mendalam agar tidak melalaikan suara hati dan akal yang sehat.
Hati dan Akal
Alquran mengajak manusia untuk menggunakan hati dan akal sehatnya serta berkomitmen untuk mengikuti pertimbangan keduanya ketika melakukan sesuatu.
Manusia yang mengikuti pertimbangan dua komponen penting ini akan selamat dari kehancuran dan kehinaan.
Alquran menggambarkan ketundukan secara total terhadap nilai-nilai profetik akan bersikap hati-hati dalam melangkah.
Berbagai peristiwa dan kejadian penting yang ada di depan mata bisa mengontrol dirinya. Hati dan akal akan mengarahkan untuk tidak melakukan perbuatan yang merusak.
Hal ini akan melahirkan sikap tunduk dan patuh kepada Allah dengan melakukan berbagai amal kebaikan.
Alquran menggambarkan hanya manusia yang tunduk dan patuh pada aturan Allah, dengan menggunakan hati dan akal, yang akan bertahan.
Kepatuhan dan ketundukan itu membangun kepekaan dan kepedulian sehingga melahirkan empati guna menghindarkan dari perbuatan yang mengantarkan kehancuran. Hal ini ditunjukkan Alquran sebagaimana firman-Nya :
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَا نَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ
“Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf : 37)