Mempelajari tentang arah kiblat memang ada dua segmen yang penting dalam arah kiblat itu sendiri. Pertama mengetahui konsep arah kiblat dan perhitungannya. Kedua, pengukuran arah kiblat di lapangan, di mana pengukuran ini perlu teori dan praktiknya.
Hal itu ditegaskan Ustaz Oman Fathurrahman dalam Kajian Islamic Course di Yogyakarta, Selasa (12/3/2024). Kegatan yang digelar sore hari jelang buka puasa itu mengupas soal Arah Kiblat dan Metode Hisab Kiblat.
Dia lalu menyebutkan salah satu ayat Alquran yang menjelaskan tentang arah kiblat ialah surah Al-Baqarah ayat 144: “Sungguh, kami sering melihat mukamu menengadah ke langit”.
“Yang dimaksud dengan kata “muka” adalah kepala Rasulullah saw saat menengadah ke langit. Beliau berdoa meminta kepada Allah SWT agar kiblat dipindahkan ke Makkah atau ke Ka’bah, yang mana arah kiblat pada waktu itu masih berpusat di Masjidil Aqsha, Yerusalem, Palestina sekarang,” terang Oman.
Dia lalu menjelaskan Masjidil Haram atau Ka’bah sering disebut dengan qiblatain, masjid yang memiliki dua kiblat. Akan tetapi, makna sebenarnya di sini bukan dua kiblat, tapi karena orang-orang terdahulu melakukan salat pertama menghadap ke utara Masjidil Aqsha lalu berbalik ke masjid selatan Ka’bah.
Hal ini, imbuh dia, sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw, bahwa arah kiblat itu menghadap ke Ka’bah.
Meskipun dari segi ilmu fiqih para ulama berbeda pendapat, tetapi untuk kepentingan bersama, ilmu falak lebih baik digunakan untuk menetapkan arah kiblat.
“Karena dengan menghadap Ka’bah berarti sudah menghadap Masjidil Haram. Namun jika menghadap ke Masjidil Haram belum tentu menghadap Ka’bah. Sebab Masjidil Haram itu lebih luas daripada Ka’bah, dan Ka’bah berada di dalam Masjidil Haram,” papar Oman.
“Berdasarkan nas-nas Syar’i, bisa disimpulkan bahwa kiblat itu adalah Ka’bah, dan ini merupakan argumentasi yang jelas bahwa menghadap Ka’bah berarti menghadap Masjidil Haram,” timpal dia.
Dalam konsep ilmu falak, menentukan arah kiblat adalah menentukan dua titik di permukaan bumi. Titik pertama Ka’bah, lalu titik yang kedua tempat salat ataupun sebaliknya.