Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menggelar kompetisi debat bertema “Refleksi IMM Ke-60: Dialektika Kader IMM sebagai inti masyarakat utama.”
Kegiatan ini bukan hanya sekadar lomba, melainkan panggilan untuk kader-kader IMM mengembangkan pikiran kritis, kreativitas, keunggulan, dan inovasi, Selasa (12/3/2024).
Kompetisi ini menjadi sarana bagi kader-kader IMM untuk mengungkapkan aspirasi dan mengembangkan potensi, mendorong mereka menjadi individu yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, terampil, kompeten, dan berbudaya.
Kegiatan tersebut menghadirkan dewan juri yakni, Immawati Vio, Immawan Azharul, dan Immawan Aji.
“Debat ini mengeksplor aspek penting seperti pendidikan, perindustrian, perekonomian, intoleransi, dan kesehatan,” ujar Azharul.
Dia lalu menjelaskan, k ompetisi dibagi menjadi dua babak, eliminasi dan final. Babak eliminasi terdiri dari dua ronde, di mana sembilan tim komisariat dibagi menjadi tiga grup besar. Setiap tim berperan sebagai tim pemerintah, tim oposisi, dan tim anggota.
Dalam ronde pertama, pembicara memiliki waktu untuk menyusun argumen selama 3 menit, sementara pembicara utama dari tim pemerintah dan oposisi memiliki waktu 4 menit untuk menyampaikan argumennya.
“Ronde kedua melibatkan peran tim yang diambil secara acak dengan waktu yang sama untuk penyusunan argumen dan penyampaian,” imbuhnya.
Babak eliminasi kompetisi debat ini menggambarkan semangat kompetitif dan kreativitas kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Dengan pembagian peran yang merata, setiap tim memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi signifikan dalam pembentukan argumen dan pandangan yang mendalam terkait tema “Refleksi IMM Ke-60.”
“Setiap peserta yang terdiri dari 9 Komisariat IMM Umsida dimulai ronde pertama memberikan waktu kepada pembicara untuk menyusun argumen selama 3 menit, menjadikan proses persiapan debat lebih terstruktur,” ungkap Azharul.
Pembicara utama dari tim pemerintah dan oposisi kemudian memanfaatkan waktu 4 menit untuk menyampaikan argumennya, menciptakan dialog yang intens dan bermakna.
Interupsi yang diizinkan dari pihak lawan menambah dinamika dan meningkatkan kualitas diskusi.
“Ronde kedua memberikan nuansa keberagaman dengan peran tim yang diambil secara acak, menciptakan tantangan tambahan bagi para peserta,” tegasnya.
Meskipun waktu yang terbatas, tim anggota berhasil menyampaikan argumennya tanpa interupsi, menunjukkan kepiawaian dalam menyusun ide dan menjelaskannya secara tuntas.
Kompetisi debat ini bukan hanya sebatas persaingan, melainkan panggung bagi kader-kader IMM untuk berkembang sebagai pemikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Dengan fokus pada tema-tema penting, seperti pendidikan, perindustrian, perekonomian, intoleransi, dan kesehatan, diharapkan hasil diskursus dapat memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat.
“Harapannya, diskursus yang dihasilkan tidak hanya menarik, tetapi juga memperkaya wawasan kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah,” tutur Azharul.
Kompetisi debat ini menjadi momen penting dalam Semarak Milad yang menunjukkan komitmen kader-kader IMM untuk menghadapi persoalan-persoalan kompleks dengan gagasan yang cerdas, relevan, dan solutif. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News