Ceramah di UGM, Abdul Mu’ti Sampaikan Tiga Strategi Memajukan Umat Islam
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
UM Surabaya

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti membahas tentang strategi memajukan umat Islam dalam Ceramah Tarawih di Masjid Universitas Gajah Mada (UGM) pada Kamis (14/3/2024).

Mengutip cendekiawan muslim Kuntowijoyo yang pernah menulis sebuah makalah tentang bagaimana agar umat Islam tidak selalu berada dalam posisi yang terbelakang atau tertinggal. Kuntowijoyo mengungkapkan bahwa terdapat tiga strategi gerakan umat Islam yang dapat dilakukan, yaitu strategi kultural, strategi struktural, dan strategi mobilitas sosial.

Strategi kultural adalah strategi yang dilakukan untuk memajaukan umat dengan pendekatan yang bersifat bottom up, yakni melakukan perubahan di masyarakat dengan mengubah mindset atau mengubah apa yang ada dalam diri masing-masing individu.

Jika pendekatan ini dikaitkan dengan firman Allah surah Ar Rad ayat 11, Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

“Strategi kultural ini  adalah strategi yang berkaitan dengan bagaimana kita membangun umat, mengubah mindset, pola pikir, mentalitas yang ada dalam diri umat itu. Ini sesungguhnya adalah masalah yang sangat serius yang dihadapi oleh umat Islam,” tutur Mu’ti.

Mu’ti mengutip pendapat cendekiawan muslim dari Eropa Tariq Ramadan menyebutkan bahwa masalah yang dihadapi oleh umat Islam salah satunya adalah problem inferiority. Yakni di mana umat islam itu tidak percaya diri. Bahkan Tariq Ramadan menyebut double inferiority, keminderan ganda dalam kaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah spiritual umat Islam, termasuk di Indonesia.

“Karena itu kalau kita ingin melakukan perubahan dalam diri umat itu dengan pendekatan kultural ini adalah dengan kita memajukan umat, memajukan pola pikir dan membangun rasa percaya diri,” imbuh Mu’ti.

Kedua strategi struktural, yakni mengubah keadaan umat dengan perubahan yang bersifat eksternal.

“Kalau kultural tadi bersifat internal dari dalam ke luar, maka perubahan struktural adalah perubahan dari luar ke dalam. Banyak faktor yang berkaitan dengan kemajuan umat itu ditentukan oleh berbagai hal yang berasal dari luar diri umat islam,” tutur Mu’ti.

Banyak faktor yang membuat umat itu menjadi minder karena mereka tidak bertahan di tengah berbagai rintangan eksternal yang sangat berat.  Kuntowijoyo menyebut bahwa strategi kultural itu adalah strategi di mana umat perlu lebih banyak tampil dalam posisi-posisi yang bersifat struktural dan berjuang dengan berbagai strategi dengan menggunakan berbagai sistem yang ada, dalam konteks suatu negara atau dalam konteks suatu pemerintahan.

“Perlu lebih banyak kader-kader dari kalangan umat Islam yang tampil mengisi di lembaga negara, tampil mewarnai dalam berbagai kebijakan negara, karena kebijakan negara yang berupa Undang-Undang dan bentuk lain penyelenggaraan negara itu sangat berpengaruh dalam dinamika dan terhadap gerakan umat Islam,” jelas Mu’ti.

Ketiga adalah strategi mobilitas sosial, baik mobilitas sosial yang bersifat vertikal, mobilitas sosial yang bersifat horizontal, maupun mobilitas sosial antar generasi.

Satu hal yang menjadi bagian penting bagaimana umat ini maju adalah dengan adanya sinergi dan strategi komprehensif agar umat islam tidak menjadi gerakan yang separatis,  gerakan yang berjalan sendiri-sendiri, bahkan satu dan yang lainnya saling melemahkan bukan saling memperkuat.

“Berbagai macam gerakan itu sesungguhnya apabila disinergikan dengan konsolidasi-konsolidasi untuk kemaslahatan umat maka perbedaan itu bisa menjadi kekuatan yang solid. Antar umat yang satu dengan yang lainnya saling mendukung dan saling memperkuat,” tutup Muti. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini