Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan pola kepemimpinan dalam Islam, yakni tidak mengejar jabatan. Namun kalau sudah dikasih jabatan, ambil dan laksanakan dengan penuh tanggung jawab.
“Jadi tradisi di kita kalau sudah dikasih jabatan, ambil dan tunaikan dengan penuh tanggng jawab,” kata Haedar saat menyampaikan materi Kajian Ramadan 1445 yang digelar PWM Jatim di Aula Ahmad Dahlan Umsida, Sabtu (16/3/2024).
Haedar lantas mengaku bersyukur tradisi kepemimpinan yang selama ini sudah berlaku di Persyarikatan Muhammadiyah. Yakni saling mempersilakan untuk menjadi pemimpin, bukannya berambisi jadi pemimpin.
“Kita bersyukur sistem yang ada di Muhammadiyah sudah terbentuk, sehingga tidak memungkinkan saling mengejar jabatan. Sistem berlapis hingga tinggal 13 orang pimpinan benar-benar menutup adanya sponsor,” jelas Haedar di acara kajian dengan tema Menunaikan Amanat Kepemimpinan.
Dalam kesempatan tersebut, Haedar pun mengaku prihatian dengan pola baru dalam mencari pemimpin di negeri kita saat ini. Untuk sekelas kepala desa (Kades) saja, kalau dulu kades terpilih karena kharisma, namun sekarang karena kekuatan modal.
“Kalau dulu calon kades biasanya mengandalkan kharisma, sekarang terjadi perubahan yang luar biasa, kabarnya untuk mencalonkan Kades sampai membutuhkan miliaran rupiah, itu Kang Eef (Eef Syaifullah Fattah, nara sumber kajian Ramadan),” jelas Haedar.
Namun Haedar pun menyadari tidak mudah untuk menghadapi perubahan ini. Yang pasti umat Islam harus instrospeksi. Bahwa kepemimpinan dalam Islam itu untuk pertanggungjawaban dunia hingga akhirat. Kepemimpinanan yang membawa risalah para Nabi. Salah satu cirinya adalah semakin maju, namun tetap mengedapankan adab, akhlaqul karimah. (sw)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News