Muhammadiyah memiliki peran luar biasa di dunia sepakbola. Karena itu, bukan hal baru bila organisasi Islam terbesar di Indonesia itu juga memberi perhatian terhadap dakwah di lingkungan suporter sepakbola.
Menurut Dosen Ilmu Komunikasi UMY Dr. Fajar Junaedi banyak sisi yang bisa dijadikan pintu masuk dakwah Muhammadiyah ke ruang besar yang jarang dijamah oleh organisasi keagamaan, yaitu suporter sepakbola.
“Salah satu pintu masuknya adalah masalah keselamatan, yang bisa menjadi lahan garap oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Selain itu juga ruang-ruang ibadah di stadion sepakbola yang sejauh ini masih belum layak,” kata Fajar Jun, sapaan karibnya, dalam Pengajian Ramadan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (15/3/2024)
Dalam pengamatannya, keselamatan suporter jarang diperhatikan oleh panitia pelaksana (panpel).
“Keselamatan mereka (suporter) diperhatikan oleh mereka sendiri,” cetus Fajar Jun yang beberapa kali melakukan penelitian tentang suporter sepakbola.
Dia lalu menjelaskan, fanatisme yang dimiliki oleh suporter sepakbola merupakan kapital sosial yang besar. Bahkan bisa menjadi sasaran promosi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA).
“Bahkan menjadi sponsor untuk klub sepakbola tidak harus dengan uang, tapi juga bisa dengan pelayanan akademik yang dimiliki oleh kampus tersebut,” tutur Fajar Jun.
Tidak hanya itu, imbuh dia, fanatisme yang dibumbui oleh rivalitas memiliki potensi ekonomi yang besar.
Jual beli produk klub seperti jersey, tiket nonton, dan lain sebagainya. Bahkan suporter juga memiliki simbol-simbol khusus sebagai penanda identitas kelompok.
“Di kampus bapak-ibu itu juga ada kelompok suporter, namun kita sering belum menyadarinya,” papar Fajar Jun.
Saat ini meningkatnya literasi suporter sepakbola Indonesia, terang dia, terdapat peran Muhammadiyah salah satunya adalah yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
UM Surabaya membantu suporter Persebaya atau Bonek Mania dengan menyediakan mobil ambulan untuk mitigasi keselamatan suporter saat pertandingan. Bahkan juga untuk melakukan aksi sosial di luar aktivitas pertandingan sepakbola.
“Sepakbola itu bisa menjadi lahan dakwah, dan kita itu sudah melakukannya,” timpal Fajar Jun.
Pengamat sepakbola ini menyampaikan, langkah dakwah Muhammadiyah tersebut harus lebih Terstruktur, Sistematis, dan Masif (TSM). Sehingga dakwah Muhammadiyah di kalangan suporter lebih efektif. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News