Kiai Tafsir: Purifikasi Tidak Identik dengan Penghilangan Budaya
Kiai Tafsir. foto: ist
UM Surabaya

Purifikasi penting dimaknai sebagai otentikasi atau proses mencari ajaran Islam yang otentik. Semangat ini sejalan dengan cita-cita Muhammadiyah yaitu untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Hal itu ditegaskan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Dr. Tafsir dalam Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (15/3/2024).

“Karena lekat dengan identitas purifikasi kembali kepada Alquran dan sunah, gerakan tajdid Muhammadiyah seringkali disalahpahami oleh masyarakat awam sebagai gerakan Islam yang tidak bisa berkompromi dengan seni dan kebudayaan,” tutur

Padahal, terang Kiai Tafsir (panggilan karibnya), nyatanya Muhammadiyah justru bersikap moderat dan apresiatif terhadap kesenian, kebudayaan, dan kearifan lokal.

“Muhammadiyah tetap menampilkan budaya, dan tidak menghapuskan budaya,” tegasnya.

Tafsir lalu menjelaskan, di satu pihak Muhammadiyah puritan Ar-Ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah, tapi di sisi lain apresiasi terhadap budaya.

Bahkan ini menjadi ideologi resmi Muhammadiyah yang ditampilkan lewat dokumen-dokumen resmi seperti Dakwah Kultural Muhammadiyah, Seni Budaya Islam, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.

“Ketiga dokumen ini mengatur secara jelas bagaimana hubungan Muhammadiyah dengan kesenian sehingga meskipun Muhammadiyah seringkali dikategorikan sebagai gerakan Islam puritan, tapi purifikasi Muhammadiyah adalah purifikasi yang kultural, apresiasi terhadap budaya,” jelas Kiai Tafsir.

Sehingga, dia menilai dakwah Muhammadiyah itu tidak hanya soal Alquran dan sunah, tapi juga sesuai dengan kearifan-kearifan yang tumbuh di sekitar masyarakat.

“Muhammadiyah tetap menjaga tauhid dalam melihat budaya, namun tidak melawan kultur yang sudah ada. Karena pada dasarnya Islam menyatu dengan tradisi, dan purifikasi yang dimaknai Muhammadiyah tidak identik dengan penghilangan budaya, namun yang dihilangkan ialah TBC (tahayul, bid’ah, dan churafat)-nya,” pungkas Tafsir. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini