Pengeluaran di bulan Ramadan tentu berbeda dengan pengeluran pada hari-hari biasa. Fakta di lapangan, sebagian muslim menunjukkan bahwa jatah konsumsi untuk berbuka dan sahur selama Ramadan melebihi jatah makan 3 kali pada bulan-bulan biasanya.
Artinya, pengeluaran bulan Ramadan seringkali lebih besar disbanding bulan-bulan lainnya. Padahal, menghabiskan dana lebih banyak selama bulan Ramadan bukan pilihan yang tepat untuk saat ini.
Pakar Ekonomi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Arin Setyowati membagikan 7 langkah cerdas mengelola keuangan di bulan Ramadan.
Pertama, merencanakan dan menyusun anggaran selama Ramadan dengan tepat dan ketat.
“Langkah ini menjadi kunci awal yang harus dilakukan guna mengontrol pemasukan yang ada dan pengeluaran selama Ramadan agar dapat dikelola dengan tepat dan bijak,” katanya, Sabtu (16/3/2024).
Pola pengelolaan ini bisa dimulai dari hilangnya jatah makan siang dan konsumsi lainnya sepanjang hari.
Sehingga jika selama ini pengeluaran mingguan sebesar Rp 700.000, maka selama bulan Ramadhan bisa ditekan kurang lebih menjadi Rp 500.000.
“Maka selisih pengeluaran seminggu sekitar Rp 200.000. Ini dapat ditabung maupun diinvestasikan sehingga memiliki nilai tambah pada waktu yang akan datang,” terang Arin.
Kedua, membuat daftar menu sahur dan berbuka. Supaya perencanaan keuangan yang sudah disusun dapat dikawal dengan baik, maka langkah berikutnya adalah membuat list menu sahur dan berbuka puasa untuk memudahkan belanja harian, mingguan bahkan bulanan yang diperlukan.
“Selain itu, daftar menu tersebut bisa menjadi stimulus untuk komitmen berbuka di rumah sehingga dapat menghemat pengeluaran khususnya untuk anggaran berbuka puasa di luar,” ujar Arin.
Ketiga, lakukan belanja lebih awal. Mengingat fluktuasi harga bahan-bahan pokok dan lainnya yang tidak menentu.
Maka ada baiknya melakukan belanja di awal guna mengantisipasi lonjakan harga selama Ramadan hingga memasuki Lebaran.
“Namun tetap perlu diingat untuk belanja dengan wajar atau tidak melakukan panic buying,” saran dia.
Keempat, menyiapkan anggaran untuk zakat (fitrah dan mal). Zakat merupakan kewajiban seorang Muslim yang harus dikeluarkan jika sudah mencapai nishab dan haul.
Zakat fitrah yang harus dibayar paling lambat sebelum melaksanakan sholat Shubuh di hari Lebaran, dan zakat maal dibayarkan setahun sekali.
“Maka penting bagi kita untuk mendahulukan dana zakat, dengan cara memisahkan dan siapkan dananya sejak awal, beberapa pekan sebelum hari lebaran supaya tenang,” papar Arin.
Kelima, mengelompokkan pengeluaran antara bulan Ramadan dengan lebaran. Langkah berikutnya adalah membuat kelompok antara pengeluaran bulan Ramadan dan Lebaran.
Jika kebutuhan Ramadan biasanya fokus untuk kebutuhan pokok sahur dan berbuka, untuk lebaran biasanya fokus untuk hadiah atau Tunjangan Hari Raya (THR) untuk orang tua, saudara terdekat hingga ponakan.
Selain itu, kebutuhan kue Lebaran, baju lebaran untuk anak-anak dan ongkos mudik. “Namun, lagi-lagi tetap harus waspada supaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut tetap aman terkendali dari budget yang sudah disiapkan,” tutupnya. (ded)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News