Memakmurkan masjid tidak sama dengan membangun fisik. Dan yang terpenting atas adanya masjid adalah kontribusi untuk umat atau jemaah.
Untuk itu mengurus masjid mestinya tidak sebatas untuk mengisi hari tua, namun harus profesional dan mendapatkan gaji.
Hal itu disampaikan Ketua DKM Masjid Al Falah, Kabupaten Sragen Kusnadi Ikhwan dalam Pengajian Ramadan 1445 H pada Sabtu (16/3/2024) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
“Masjid membangun manusia, tidak hanya membangun fisik. Sebab bendahara seringkali hanya membangun fisik,” tutur Kusnadi.
Semangat itu yang dimiliki oleh pengelola Masjid Al Falah, Kabupaten Sragen yang saat ini telah menjadi masjid percontohan nasional. Oleh karena itu, menurutnya masjid harus profesional.
Pengelola masjid biasanya menyelenggarakan rapat tiga kali setahun, saat menjelang puasa, menjelang idulfitri, dan menjelang iduladha. Kusnadi menegaskan itu tidak benar, sebab mengurus masjid tidak boleh sebatas menghabiskan waktu menjelang tua atau mengisi hari tua.
“Mengurus masjid tidak boleh sekadar mengisi waktu luang, sebab itu pelayanan masjid tidak maksimal,” imbuhannya.
Sebagai informasi, dalam waktu dekat Kusnadi menyampaikan, Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting Pembinaan Masjid (LPCRPM) akan menyelenggarakan Akademi Marbot Masjid Muhammadiyah.
Rencananya, agenda itu akan didukung oleh UMS, dan nanti lulusan akan bekerja di Masjid-masjid Muhammadiyah dan digaji minimal setara dengan upah minimal regional (UMR). Sebab saat ini masih banyak masjid Muhammadiyah belum punya imam yang standar. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News